Sebuah Lelucon - Winner MMULD Event 2016

At 12:00 AM 0

Tik...tik...tik , suara dari keyboard laptop dedi memecah keheningan malam itu. Tak ada tugas khusus yang dikerjakannya , hanya saja dedi memiliki sebuah fanspage yang mengharuskan nya memposting cerita terbaru tiap hari nya.



Bukan fanspage biasa , melainkan sebuah fanspage yang berisikan informasi misteri dan berbau mistik . Memang dedi tak mendapatkan uang ketika ia memposting sebuah cerita , hanya saja sebuah "kepuasan" tersendiri saat para pembacanya merasa puas dan menempelkan "like" di setiap postingannya. Saat itulah dedi merasa bakatnya sebagai penulis misteri mendapat apresiasi.



Seperti malam-malam biasanya , dedi hendak memposting sebuah cerita misteri. Hanya saja , entah ia merasa ingin mencoba sesuatu yang lain , sesuatu yang ia ingin lakukan di postingan kali ini. Berpikir dirinya sejenak , apa yang harus ia posting selain cerita misteri . Secara tak sengaja sebuah ide melintas di kepalanya "Ah... ,kenapa tak kucoba untuk mengadakan sebuah lomba menulis cerita misteri ?!".



Dan begitulah , dedi mulai mengetik segala hal tentang lomba itu . Apa saja , mulai dari persyaratan , hadiah dan sebagainya, Dedi ketik secara teratur . Tak lama ia menge klik tombol "send", dan resmilah lomba itu dimulai, terhitung mulai hari itu seminggu menjadi batas waktunya. Cukup lama bagi sebuah cerpen saja , tapi itu yang ia harapkan, semakin banyak cerita , semakin banyak referensi nantinya saat menulis nanti.



Sudah tiga hari berlalu sejak lomba itu diadakan , sudah cukup banyak cerita yang masuk . Dedi sampai kewalahan membacanya satu-satu , tapi disinilah dedi merasa tertantang . Penulis misteri seperti dirinya hendak ia bandingkan dengan karya-karya itu , seberapa berkembangnya kah karyanya yang ia tulis selama ini.



Hingga sampailah ia pada sebuah karya seseorang , ia baca secara seksama . Baru beberapa paragraf ia baca, tertawa lebar dirinya . Bagaimana tidak tertawa , cerita kali ini menceritakan seorang admin di sebuah fp yang hendak membuat lomba cerita misteri. Bukankah ini seperti menceritakan dirinya sendiri ? , sungguh tak punya kreativitas pikirnya. Namun untuk menghargainya , dedi berusaha membacanya hingga selesai.



Disinilah dedi tertegun sejenak , baris-tiap baris ia baca perlahan-lahan. Di cerita ini , admin itu merasa puas karena cerita yang diceritakan cukup misterius. Dan admin itu menginbox sang pengirim , dan menjanjinya akan memberikan hadiah . Tak berselang sang pengirim cerita membalas dangan kalimat yang cukupjelas "AKU TAK BUTUH APAPUN , AKU HANYA BUTUH DARAHMU....".



Dan disinilah sang admin mengabaikannya orang itu , karena ia merasa orang itu hanya ingin menakutinya . Tak berselang lama,beberapa hari setelah mendapat pesan tersebut. sang admin diceritakan tewas secara mengenaskan karena mengabaikan pesan yang ternyata sebuah teror baginya.



Tak sengaja Bergidik ngeri dedi membaca cerita itu , pintar juga sang pengirim menulis sebuah cerita. Dan dedi menyimpan cerita itu sebagai kandidat calon pemenang hadiah , mengapa menyimpan ? Karena masih banyak cerita yang belum ia baca dan mungkin ada cerita lain yang bisa mengalahkan cerita itu .



Sudah tujuh hari semenjak lomba itu dimulai , dan dedi memutuskan untuk mengumumkan pemenangnya . Dan pemenangnya tak lain cerita yang ia baca saat itu , cerita yang seperti menceritakan dirinya sendiri .



Dedi pun mengetik nama pemenangnya di postingan kali itu , "gabril" begitulah nama akun pengirim cerita itu . Dan sudah menjadi janjinya memberikan hadiah bagi sang pemenang.tak lama, Ia mengirimkan pesan Ke akun itu, "selamat kamu menang lomba menulis cerita misteri. Tolong tuliskan alamatmu, karena hadiah besar menantimu". Setelah ia mengirimkannya, dedi menunggu jawaban dari sang pemenang cerita,namun belum juga dibalasnya. Berhubung waktu sudah larut malam , dedi memutuskan untuk tidur dan melihat jawabannya besok.



Pagi esoknya , setelah ia bangun dan mempersiapkan diri untuk kuliah . Iseng-iseng ia buka fanspagenya, benar saja akun "gabril" membalas pesannya.





"AKU TAK BUTUH APAPUN, AKU HANYA BUTUH DARAHMU....." Teperanjat dedi membacanya ,begitulah jawaban yang ia terima namun ia berusaha positiv thinking "ah, becanda nih orang"pikirnya . Dan dengan cepat Dedi membalas pesan aneh tersebut ,"jangan becanda mas , saya serius . Saya butuh alamat anda !!".



Dan dedi merasa kesal karena jawaban yang diberikan sama , sama seperti yang akun itu jawab sebelumnya . Merasa dipermainkan . Dedi mematikan laptopnya dan segera berangkat kuliha,"bisa-bisa aku telat karena orang ini" pikirnya sambil tergesa-gesa ia mengambil kunci motor dan berankat kuliah.



Selama perjalanan berangkat , sebenarnya ia merasa khawatir akan pesan itu . Tapi berusaha positiv , ia menganggapnya hanya ulah iseng seseorang yang ingin mengerjainya. "Tunggu aja sampai aku tahu orangnya..." Berbicara dirinya dengan diri sendiri.



Namun, entah mengapa ia merasa kepikiran . Saat dosen menjelaskan pun , dedi tak bisa konsentrasi. Saat melihat dosennya sibuk menjelaskan , dedi diam-diam membuka fanspage melalui hpnya . Dedi mencoba mencari tahu akun yang bernama "gabril" itu. Dan ternyata ia tidak menemukan apa-apa, akun itu tidak memiliki profil jelas , dengan kata lain akun itu misterius.





"Sial..." Batinnya merutuk, bukannya menemukan sesuatu , Malah dirinya merasa semakin paranoid. Setelah semua mata kuliah selesai ,waktunya untuk dedi pulang . Namun , dedi tak berpikir pulang ke kost-kostannya , melainkan untuk sementara dirinya menginap di tempat salah satu temannya.





Dedi benar-benar merasa terancam sekarang, makanya ia memutuskan untuk menginap sementara , sampai ia merasa aman . Dedi pun memutuskan sementara ia tidak posting dulu , bodoh amat demgan para pembaca setianya, ia harus menyelamatkan nyawanya dulu, Begitu yang ia pikirkan. Dedi menginap di salah satu kost-kostan temannya, cukup jauh dari kost-kostannya.



Waktu pun terus berjalan , tak terasa dua hari semenjak kejadian itu , dan tak terjadi apapun kepada dedi. Dedi mengutuk dirinya sendiri karena percya ancaman isapan jempol belaka. "Di , besok kyaknya gue balik ke tempat gue . Ternyata tak terjadi apapun ke gue " ujarnya kepada kawannya itu , "oh ya sudah , tapi lo baru balik besok kan ? Malam ini gue mau keluar ada tugas.lo bisa kan jaga kmar gue . Malam ini aja kok " jawab temannya yang bernama andi itu. ""Siip bos, biar gue jagain" katanya sambil bergurau.



Dan begitulah , andi keluar untuk mengerjakan tugas ,sedangkan dedi menjaga kmarnya. Tak lamaDedi merasa bosan karena hanya diam saja , dedi pun menberanikan diri menyalakan laptopnya dan melihat keadaan fanspagenya setelah sekian lama ditinggalkannya. Ternyata bnyak pesan yang masuk ke berandanya, dedi memberanikan diri membuka pesan -pesan itu ."KEMANA KAMU !!!!!","KAMU TIDAK BISA LARI !!!!","DARAHMU HARUS MENJADI MILIKKU !!!!" , bergetar dedi membaca semua pesan itu , tapi ia tetap berusaha berpositivthingking, walaupun ia merasa terancam juga. Tak lama sebuah pesan baru masuk , dedi tidak berani membukanya,n amun rasa penasaran mengalahkannya. Dedi dengan gemetar mengeklik pesan tersebut , sangat singkat dan membuat dedi tak dapat melakukan apa-apa,"WAKTU MU HABIS!!", dan saat itulah ia merasa sebuah pukulan keras mengenai tengkuknya dan membuat ia tersungkur.



Dua jam kemudian lebih tepatnya pukul 22.00

Malam , andi pulang. Andi merasa heran karena lampu di kamarnya mati, mungkin si dedi dah tidur , pikirnya. ""Klik" andi menyalakan lampu ,dan terperanjat ia dengan apa yang dilihatnya . Terlihat dedi sudah tidak bernyawa dengan kaki dan tangannya terikat di masing-masing ujung kasur. Yang lebih mengenaskan , dedi dalam keadaan tidak berbusana dan alat kelaminnya terpotong . Cukup deras darah keluar dari luka yang menganga itu. Sedangkan raut wjah dedi terlihat tersiksa, matanya melotot dan mulutnya menganga . Berbagai bilur bekas pukulan benda keras hampir ada di seluruh tubuhnya .



Andi tak percaya dengan apa yang dilihatnya, tak sengaja ia menangkap cahaya laptop milik dedi . Dengan langkah lemas ia menuju laptop yang berada di meja belajarnya berharap ada petunjuk. Saat itulah ia membaca apa yang ada di layar laptop itu, ternyata bagian ending cerita yang pernah dedi terima, cerita yang membuat ia tewas. Cerita itu menceritakan matinya sang admin dengan terpotong alat kelaminnya persis yang seperti dedi alami!.

Bloody Mary

At 7:00 AM 0


Vina Lovato - Bloody Mary (https://www.facebook.com/erica.rachel.5209)


OS by Vina Riyanti (Berdasarkan mitos-mitos yang beredar)


***


Semua orang mengagumi kecantikan Mary Worthington. Dia berwajah sempurna dengan sepasang mata biru saphire, bibirnya semerah mawar, dan kulitnya seputih salju. Gadis itu tumbuh dengan menakjubkan. Dikota ini, tampaknya tidak seorang pria-pun yang tidak melamarnya. Tapi, sayangnya tidak pula seorang-pun yang diterima.


Mary, begitulah penduduk menyebutnya. Mary begitu mempesona, bukan hanya para penduduk yang betah berlama-lama memandanginya. Mary-pun sangat suka berlama-lama didepan cermin mengagumi kesempurnaanya sendiri. Ia menerapkan standar tinggi pada pria yang akan melamarnya. Hingga sampai cukup dewasa, Ia belum juga berkeluarga. Mungkin, Mary tidak peduli sekalipun menjadi perawan tua, semua orangpun tahu, keriput tidak mampu menyamarkan cantiknya.


Gaun biru muda berpita melekat ditubuh sempurnanya, hari ini Mary seakan mengalahkan ribuan dewi. Bibir merahnya selalu mengukir senyum menakjubkan, bahkan kedipan matanya saja mampu membuat semua orang luluh terpana.

Kecantikan Mary mungkin tidak akan tersamarkan keriput. Tapi, jangan salahkan jika nyatanya banyak gadis iri disana yang selalu berdoa agar kecantikan Mary sirna. Tentu saja, karena Mary ada, para pria menjadikan gadis-gadis di kota ini pilihan terakhir dari penolakan Mary.


...


Mary akan berkunjung ke suatu tempat sore itu. Namun nahas, terjadi kecelakaan pada kendaraan yang ditumpanginya. Gaun biru muda Mary berubah merah pekat, wajah pahatan malaikat itu hancur remuk--berantakan sesaat setelah tubuh Mary terhempas dengan wajah yang mendarat tepat diantara serpihan kaca dan kayu.


Sepenjuru kota gempar tentang wajah dewi yang berubah menjadi terkutuk. Walau begitu, Mary tidak pernah tahu seperti apa wajahnya kini. Orangtua Mary menyembunyikan semua cermin dirumahnya yang dimaksudkan agar Mary tidak sakit hati.


Mary menjadi pemurung, terakhir berjalan keluar rumah, Ia diolok-olok para penduduk yang dulu begitu memujanya. Semua rasa berkecamuk dalam hatinya, namun yang terkuat adalah kebenciannya.


Mary yang penasaran akan wajahnya, mengendap-endap kegudang dimana orangtuanya menyimpan cermin-cermin dirumahnya.

Penuh harap, namun dengan perasaan yang ragu, dibukanya kain yang menutupi sebuah cermin besar dihadapannya.


Sedetik kemudian, ia terhenyak dengan apa yang dilihatnya, lututnya seakan terlalu lemah menopang tubuhnya. Mary menjerit histeris dan terus menerus menarik rambutnya hingga rontok secara paksa dan mengalirkan darah. Ia depresi melihat bayangannya yang tercipta dicermin. Dengan membabi-buta Mary memecahkan semua cermin yang dilihatnya, digoreskan serpihan-serpihan cermin ketubuhnya hingga darah seakan menjadi gaunnya.


Rupa Mary kini sangat buruk, senyumnya berubah seringai, mata biru saphire-nya kian pekat. Dendam, kesedihan, dan amarah bergejolak dalam dirinya menghilangkan akal warasnya secara spontan. Ia tanpa henti menyiksa dirinya sendiri seraya bergumam mengucap sumpah-serapah. Darahnya kian mengering dan berhenti menetes, begitu pula dengan nafasnya, yang tampak tidak lagi menghembus.


Namun, Mary tidak pergi begitu saja. Ada dendam dari kebencian mendalam yang membuat arwahnya tidak dapat mencapai alam selanjutnya. Atas dasar kebencian pula, arwah Mary terperangkap dalam cermin.


Mary berharap ada seseorang yang memanggilnya agar Ia dapat keluar dari cermin, dan tenang menuju alam selanjutnya. Namun tidak pernah sekalipun ada yang memanggilnya, tidak ada seorangpun yang merindukannya, tidak ada seorangpun yang benar-benar mencintainya.


Terlalu lama didalam cermin membuat kebencian Mary kian menguasainya. Ia tidak lagi ingin ada yang memanggilnya, Ia begitu benci dengan manusia yang penuh kemunafikan. Bahkan, sekali saja ada yang mengusik dan memanggilnya, tangan dingin Mary akan langsung merenggut nyawa mereka.


...


"Apa kau sudah mendengar kabar? Ada gadis yang meninggal lagi malam tadi!"


"Benarkah? Apa cara meninggalnya sama dengan beberapa gadis sebelumnya?"


"Maksudmu terkoyak-koyak didepan cermin? Ya. Apa menurutmu Bloody Mary yang melakukannya?"


"Tidak ada yang tahu sebelum mencobanya,"


"Ya, dan kurasa tak ada yang selamat setelah mencobanya,"


...


"Mary Worth, Mary Worth, I believe you were there, Mary Worth?

Bloody Mary,

Bloody Mary,

Bloody Mary...."


***

Keluarga Tak Kasat Mata (13 Part In 1)

At 3:36 AM 0

 Based On True Story by Kaskuser Intan Segara (id : 8441056)

- WARNING -
Dimohon kerjasamanya bagi siapapun yang sudah tahu menahu tentang lokasi di cerita ini untuk tetap MERAHASIAKANNYA. Dan bagi yang MASIH PENASARAN, TS mohon dengan sangat untuk penasaranlah dari segi ceritanya saja (tidak perlu mencari & menerka). Let mystery be a mystery, untuk kebaikan kita bersama & sisi unik dari cerita ini. Hormatilah mereka yang TAMPAK & TAK KASAT MATA


Intro & Part 1 - Diapun Ikut Tertawa


Intro

Sebelumnya perkenalkan nama ane Genta. Cerita ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu dimana ane masih aktif menjadi mahasiswa di Jogja. Dulu ane nyambi kerja part-time an di sebuah perusahaan selama hampir 3 tahun. Sekarang ane udah lulus & kerja di Semarang, tapi ane masih sering maen ke tempat kerja ane yang dulu sekedar buat ketemu temen lama. Bukan tentang cerita seram yang ane alamin di tempat ane tinggal, kampus, atau tempat umum di Jogja. Tapi semua pengalaman horor yang ane alamin terjadi di tempat ane kerja dulu. Semua hal-hal yang bersifat kasat mata & secara terus menerus dateng di kehidupan ane.

(SKIP) ... Oh iya, tempat dimana ane kerja dulu sebelumnya ada 3 kantor bagian sebelum akhirnya semua digabungin jadi 1 tempat & kita semua (hampir 40an orang karyawan) menghuni tempat ini.

Panas terik udara siang hari menyelimuti kota Jogja, tampak sekumpulan pemuda sedang berkumpul di sekitaran Jl. Palagan. Rentetan jalan yang punya sejuta cerita tersendiri untuk para pemuda tadi yang telah saling mengenal satu sama lain sebagai sebuah keluarga kecil hampir kurang lebih 2 tahun. Ya.. berat rasanya untuk kami pindah dari tempat dimana kami berjuang bersama dalam suka duka & pindah ke tempat baru dimana kami akan memulai pekerjaan dengan suasana yang baru.

Siang itu ane bersama beberapa temen ane sedang sibuk angkut-angkut barang dari kantor lama menuju kantor baru kami yang terletak di Jl. Magelang. Segala proses pindahan kami lakukan secara langsungan dengan beberapa mobil, sehingga kami tidak perlu bolak-balik Jl. Palagan – Jl. Magelang yang lumayan menguras keringat mengingat panasnya udara Jogja saat itu.

Dan tibalah kami untuk pertama kalinya di kantor baru kami, tempat dimana kami akan bekerja nanti. Kesan pertama ane waktu ngeliat kantor baru ane, tempatnya lumayan besar dan bersih. Ada 2 taman di depan & tengah yang bisa dipakai buat nyantai bareng, ruangan kerja per devisinya pun lumayan besar jadi lumayan lah bisa dipakai buat tidur bareng kalo lagi lembur devisi. Kantor ane ini 2 lantai, lantai atas bisa buat ngegalau sambil liat langit Jogja. Terus di ruangan tengah ada semacam mini bar gitu, dalam benak ane kepikiran pasti bangunan ini sebelumnya adalah bekas hotel melati / semacamnya diliat dari banyak kamar & tata ruangannya. Ane ga kepikiran horor sedikitpun waktu itu, kebayang tempat ini pasti bakalan rame banget karena 3 kantor digabungin jadi satu, sebelah ringroad & lagi deket sama tempat dugem jadi ane mikir bakalan fun deh kedepannya hehe (abaikan).

Kami pun mulai tancap gas untuk angkat-angkat & memasang tiap fasilitas ke kamar yang sudah diplot untuk tiap devisinya, biar cepet selesai. Waktu itu belum begitu ramai karena baru kantor Palagan saja yang mulai pindahan. 2 kantor lagi jadwal pindahannya baru seminggu kedepannya. Akhirnya kelar juga proses pindahannya & kami semua nyantai bareng di taman tengah sambil ngobrol-ngobrol sampai maghrib. Terus beberapa dari kita dititipin buat tidur jaga kantor malem ini, berhubung ane masih ada kerjaan & tugas kuliah jadi ane nyanggupin aja buat jaga kantor itung-itung bisa pake internet gratis & kerja fokus mumpung belum begitu ramai.

Jatah jaga kantor malem ini berarti ada ane & 5 temen ane yang namanya : Bebek, Yoga, Mas Ompong, Mas Umar, dan Mas Sukma. Masih pada bau keringet tapi ya namanya kumpulan jomblo, cuek aja & asik di depan laptop masing-masing sambil bahas kerjaan, kebetulan ane – Bebek – Yoga – Mas Umar – Monggo itu satu devisi gan jadi ruangan kita ramai sendiri waktu sementara 3 temen ane yang lain pada di ruang tengah.

Entah hanya kebetulan atau memang ...

Masih inget kan kalo siang tadi kita habis pindahan, beberapa dari kita nyempetin mandi dulu sebelum lanjut aktivitas. Di kantor ane ini ada 4 kamar mandi yang bisa dipake, tapi berhubung 1 kamar mandi di lantai atas masih butuh dibenerin dulu salurannya jadi kami Cuma 3 kamar mandi di lantai bawah. Ane waktu itu madi di kamar mandi deket ruangan devisi ane, sebelahan sama gudang yang gatau kenapa waktu itu ga bisa dibuka. Tambahan sedikit, gudang ini udah dipanggilin tukang kunci dari yang pinggiran jalan ampe yang pro.. tapi sampai detik ane nulis cerita ini gudang tersebut tetap ga bisa dibuka, mau tau kenapa? Simak terus aja deh makanya hehe.

(lanjut mandi yang tadi) ... Ane cuekin aja tuh gudang sebelah karena emang ane gatau ada yang janggal dengan ruangan tersebut waktu itu, ane masuk tuh kamar mandi sambil ngerokok + buka sosmed via handphone dulu di dalem. Tiba-tiba *peeett* bohlam (lampu orange) kamar mandinya mati. Karena ane emang cuek & pendiem orangnya, ane ga mikir aneh-aneh waktu itu palingan juga temen ane ada yang iseng / bohlam memang belum diganti karena baru pindahan. Ane nyalain deh flashlight iphone ane buat bantu penerangan jadi deh ane mandi dalam kegelapan tanpa ada pemikiran parno sama sekali. Tapi anehnya waktu ane mandi, sumpah hawa di kamar mandi bisa panas banget. Padahal ane mandi juga pakai air kan? Ahh.. palingan juga pengaruh pindahan agak pengap-pengap dikit lama ga dipake. Kelar mandi ane keluar pasang gaya stay cool, biar temen ane yang ane kira ngusilin kecewa karena ngusilin ane tadi & gataunya ruangan devisi ane ... kosong, langsung deh ane bbm mereka lagi pada dimana dan gataunya mereka lagi pada makan di burjo deket kantor. Ane masih mikir paling juga tetep mereka yang matiin lampu tadi terus pada kabur, ane susul deh mereka ke burjo tapi waktu ane keluar ruangan ane tengok ke kamar mandi lampunya udah nyala lagi. Dalam hati ane bergumam, sial jadi orang pertama nih yang diajak kenalan. Mau cerita ke yang lain, ntar dikira cemen jadi ane tetep posthink aja mikir kalo tadi bohlamnya emang ngadat. Ahh bodo amat, makan dulu aja sama beli susu biar strong melek sampai malem.

Balik kelar makan di burjo, kami balik lagi ke kantor jalan kaki & masuk ke ruangan masing-masing. Niat mau kerja tapi males, jadi kami memutuskan untuk nonton film bareng-bareng. Biasanya kalo nonton film gini, kami pasang LCD dan nonton bareng-bareng di ruangan devisi ane. Cuma waktu itu Bebek & Mas Ompong tetep kerja di ruangan tengah karena ada deadline yang harus dikelarin. Nonton deh kita bareng-bareng film horor kalo ga salah judulnya Woman In Black. Tiba-tiba *peeett* mati lampu & gelap gulita. Tapi FYI aja ini bukan horor, kantor ane ini emang sering banget mati lampu emang karena listrik yang dipakai banyak / gangguan P*N.


Selang beberapa menit kemudian Mas Ompong menggerutu keras dari ruangan tengah “Bek.. Ora masuuukk nek iki!” (read : Bek.. Ga masuk akal ini!) Si Bebek juga nyautin “Iyo mas.. Ora masuk tenaaann.” Kita yang dibelakang Cuma ketawa sambil mikir mampus.. deadline besok mati lampu kerjaan belum disave wkwkwk, turut berduka cita bro! Terus kita nyusulin mereka karena mati lampu mending bareng-bareng duduk di ruang tengah sambil cerita plus antisipasi kalo ada maling.

Duduk akhirnya kita di ruangan tamu semuanya sambil tiduran di sofa, sampai pada akhirnya Mas Ompong buka mulut untuk cerita ke kita, “Sumpah ya.. kalo ini barusan sangat-sangat ga masuk akal! Masa sebelum mati lampu, MP3 yang aku setel di playlist tiba-tiba ganti sendiri jadi lagu Lingsir Wengi terus mati lampu & pas di samping telinga aku ada suara cewek bisikin deket banget sambil ketawa HIHIHIHIHI..” Si Bebek langsung nambahin lagi, “Pokoknya ini ora masuk, tenaaann!” – jujur kita kalo ngeliat ada hal aneh selalu blak-blakan & untungnya semuanya pemberani ga pernah ada yang lari kalo lagi diganggu (pengalaman dari yang sudah-sudah). Mas Sukma sebagai atasan yang sok-sok bijak gitu terus ngebanyol biar suasana jadi ga tegang. Mungkin ada sosok lain yang duduk diantara kami & ikut mendengarkan banyolan Mas Sukma tadi. Suara tawa tadi terdengar lagi, kali ini kami semua yang ada di ruangan ini mendengar jelas suara tsb. Terdengar seperti ketawa pendek berulang kali di depan wajah masing-masing seolah menertawakan cerita kita tadi. Sontak kami langsung diam, saling pandang satu sama lain. Raut muka Yoga tiba-tiba berubah kaya lagi mikir sesuatu, Yoga ini periang orangnya & pastinya ada sesuatu yang disembunyiin dari dia setelah kejadian barusan. Entah Cuma ane atau yang lain sekarang lagi bayangin gimana bentuk orang yang ngetawain kita tadi & menyusun persepsi bahwa ... ADA SESUATU YANG GA SEMBARANGAN DISINI, PASTI!

“Baru hari pertama dan masih jam 9 malem, ada apa dengan raut muka Yoga? malam masih panjang & kerjaan masih numpuk. Yang kami harapkan waktu itu hanya – Pagi cepatlah datang”


Update Part 2 - Mematung Sepi

Malam belum terlalu malam, kami dengan sejuta persepsi horor yang barusan terlintas di hadapan kami masing-masing masih mencoba menerka-nerka ada apa sebenarnya di balik semua ini. Jelas-jelas suara tawa tadi sudah pasti menghantui pikiran malam ini. Tidak mungkin rasanya untuk berpikiran pulang ke rumah masing-masing mengingat kondisi baru saja pindahan, mati lampu, pasti sangatlah rawan untuk ditinggalkan. Jadilah kami berpura-pura melupakan kejadian tadi (padahal ane yakin dari sekian orang disini lagi nyari alesan biar bisa ijin pulang haha), mau nyelidikin bareng pun juga udah ga kepikiran sama sekali. Mau ke kamar mandi aja takutnya setengah mati, ini malah pengen nyelidikin bangunan gede yang sebagian besar masih kosong tanpa penerangan sama sekali. Kami Cuma bisa bertanya satu sama lain, sebenernya dulu bangunan ini bekas apa? Mas Sukma selaku atasan pun juga tidak tahu menahu tentang bangunan ini, karena dia hanya bertemu kontraktornya waktu itu. Katanya sih ga ada masalah apa-apa Cuma dulunya sempet kosong selama 2 tahun sebelum akhirnya bangunan ini kami kontrak untuk 2 tahun kedepan.

Tebakan demi tebakan terus muncul dalam hati ane, soalnya dari awal ane bersasumsi tata bangunannya mirip banget sama hotel! Kalo ini memang hotel dulunya, ada cerita apa sebelumnya kalo memang pengalaman horor yang kami alami barusan ini nyata? Bahkan sampai detik ini pun ane sendiri gatau dulunya bangunan ini dipakai untuk apa di masa lampau. Biarlah ane juga ga mau mikir keras-keras banget, sehoror-horonya tempat ini besok juga bakalan rame banget kalo udah keisi semua. Biar mampus tuh setan nakutin segerombolan anak muda yang biasa insomnia hahaha. Ga kerasa kami berdiskusi tentang asal muasal bangunan & daerah ini akhirnya listrik kembali nyala ... Amaaaaaannn pikir kami waktu itu, semuanya segera bergegas ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan kesibukan.

Mas Ompong yang masih sedikit terngiang-ngiang dengan kejadian tadi, meminta Mas Sukma untuk menemaninya mengerjakan deadline yang sudah harga mati harus selesai. Sementara Bebek sudah menyerah & memilih bergabung bersama yang lain di ruangan devisi ane. Di ruangan ane setelahnya, kami kayanya masih belum kapok dengan kejadian tadi, iseng-iseng kami buka bareng-bareng di Youtube tentang penampakan hantu Jepang waktu itu. Sambil sesekali ada yang sibuk sendiri dengan laptopnya untuk ngerjain tugas kuliah. Dan back to normal, ketakutan semuanya sudah sedikit mereda termasuk Yoga yang daritadi hanya diam waktu insiden tawaan di ruang tamu. Pikir kami sekarang, kan kita bareng-bareng nih di ruangan ga bakalan takut andai aja ada gangguan supernatural lagi hehehe. Mending latian persiapan mental dulu liat video-video penampakan jadi ntar ga kaget lagi.

Jam sudah menunjukkan tengah malam, walaupun belum begitu ngantuk kami memilih untuk gelar karpet kasur di ruangan kami dan nyantai bareng-bareng sambil curcol. Biasanya memang kami tidur di satu tempat bareng-bareng macem ikan teri dijemur tapi ya gimana lagi lebih asik empet-empetan daripada tidur mencar-mencar di bangunan yang masih belum kita kenal jelas waktu itu. Kita semuanya sudah pasang posisi masing-masing, kecuali 2 orang yang masih ada di ruangan tengah tadi. Mungkin mereka bakalan tidur di sofa ruang tamu nanti, males juga nyusulin mereka soalnya posisi masing-masing udah pewe banget, bisa direbut ntar posisinya kalo ditinggalin. Belum lagi untuk jalan menuju ruang tengah itu harus ngelewatin lorong dulu yang waktu itu ruangannya masih kebanyakan kosong karena proses pindahan belum sepenuhnya kelar. Diketawain lagi waktu jalan bisa pingsan deh di lorong hahaha.

Cerita ngalor-ngidul tentang horor, kami memaksa Yoga untuk bercerita kenapa doi beda dari biasanya hari ini. Mungkin dia lagi galau atau memang ada sesuatu yang menggangu pikirannya? Yoga pun buka mulut tentang apa yang dialaminya tadi sore. Jadi katanya waktu doi mandi di kamar mandi ruang tengah. Doi ngerasa ada yang lagi ngintipin dia gitu padahal juga ngapain banget kan kalo temen sendiri yang ngintipin, emangnya Bang Ipul hehe. Tapi sorot perhatian itu katanya beda banget, rasa-rasanya tuh macam pengap-pengap penuh dendam gitu. FYI gan, kamar mandi di kantor ane horor semuanya gan!
(back to Yoga) ... cuek aja sambil terus mandi + nyanyi-nyanyi biar kaga takut. Terus kata dia sempet air krannya bisa bau amis banget dan ngucur deres. Kalo dinalar masih bisalah kalo krannya bermasalah mungkin karena gangguan saluran airnya lah ya Cuma bau amisnya itu yang agak ga masuk akal. Tapi ... kemudian dari ventilasi kaca tadi, Si Yoga nengok pelan karena udah terlanjur ga tahan sama tatapan yang ngawasin dia daritadi dan ... perlahan nampak rambut ijuk (hampir mirip kaya sapu yang warnanya item itu) ngejulur pelan keluar melalui celah ventilasi. Tentu yang ada di pikiran Yoga waktu itu simpel, karena dia emang ga pinter-pinter amat orangnya. Sangka ah palingan ada yang lagi bersihin lorong sebelah. Kebetulan sore itu memang masih ada satu tukang yang tinggal buat bantu natain & bersih-bersih, tapi diliat-liat rambut ijuk itu kok makin panjang hampir satu jendela ventilasi. Dan yang bikin ngeri keluarnya itu bisa berirama banget macam pelan terus berhembus kena angin kecil gitu (padahal angin darimana di kamar mandi pengap gitu). Yoga pun langsung cepet-cepet mandi tanpa ngeliat belakang dan keluar dari kamar mandi.
Menurut pengakuan karyawan + client emang banyak yang sering liat kepala & rambut cewek dari ventilasi kamar mandi itu, ane sendiri waktu itu juga pernah ngalamin soalnya. Hampir mirip horor-horor Ju-On gitu deh pokoknya! (ceritanya di part lain ntar)

Kami yang lagi tiduran tadi sempet ga percaya juga awalnya, soalnya ini cerita udah khayal banget. Kami mikir wah ini si Yoga kebanyakan nonton film kali ya! Sampai nanti pada akhirnya nanti kita semua percaya akan penampakan dari sosok yang diceritain Yoga tadi (makanya rajin update thread ini ya, akan ada beberapa gambar yang ane selempitin diluar index nantinya). Kita malah ketawa-ketawa bikin lelucon-lelucon sara tentang penampakannya si Yoga tadi. Padahal kalo ditarik garis lurus dari insiden ketawa di ruang tengah & rambut ventilasi ya nyambung banget sebenernya, berarti emang ada mbak-mbak dari dunia lain yang ngefans sama kita-kita. Tapi emang dasarnya kita aja yang ga bakalan percaya kalo belum liat langsung (ga ada maksud nantang). Di tengah guyonan tadi Mas Umar nyeletuk gini,

Dulu waktu aku masih handle client di P*dm*n*b* (sebuah sekolah negeri di Jogja), kita lagi bahas konsep di bawah pohon karet raksasanya itu. Sambil iseng ngobrolin cerita serem di sekolah itu, terus ada anak yang bilang gini.. “Mas, tau ga sih kalo kita lagi ngobrolin kaya gini mereka juga ada disamping kita ikutan ngederin cerita kita. Tuh mereka lagi pada ngetawain cerita kita.” Si anak ini emang dikenal sakti gitu sama temen-temennya.
Yang mau dipaparin disini pointnya adalah, sekarang kita lagi bahas kaya gini udah pasti yang disekitar kita ikutan ngederin juga. Dan mungkin juga ketika agan lagi baca cerita ini, mereka lagi ngetawain pemikiran & persepsi agan tentang mereka.
Ahh.. bodo amat mereka mau denger apa kaga, kita kan juga anak yang lumayan nakal udah pasti lah setan jadi temen kita ga usah takut! (Pemikiran parah, jangan ditiru. Padahal ane yakin kita semua lagi mikirin sesuatu sambil liat langit-langit). Tiba—tiba kompor di dapur bunyi, kaya ada orang lagi masak air gitu. Ga ada pemikiran horor sama sekali waktu itu! Karena dalam pikiran kita ah palingan 2 orang di ruang tengah lagi bikin kopi buat asupan melek ampe pagi. Terbesit keinginan - wah kayanya enak nih sebelum tidur Indomie rebus telor dulu sama bikin susu anget. Terus Mas Umar yang paling tua disitu nyuruh temen ane yang namanya Monggo buat berangkat ke Ind*m*rt beli stock persediaan buat masak-masakan.

MU : Nggo, ke Ind*m*rt sana beli mie sama minuman buat anak-anak
M : Ok mas, tapi aku minjem uangmu dulu ya soalnya daripada ngambil ke ATM hehe
MU : Minjem.. Terus.. hahaha bentar aku nyari dompetku dulu (kondisi kamar gelap jadi perlu ngeraba-raba dulu gitu deh).
Belum sempet Mas Umar ngasih duit ke monggo dia bengong liat ke jendela ke arah dapur, sambil agak ga percaya dia nyuruh kita buat ngeliat semuanya ke arah dapur.
MU : Bro.. Bro.. Itu siapa ya? (nada datar banget ga ada panik-paniknya).
Anak2 : Siapa mas? Cewek dari dugeman sebelah nyasar kesini? Wkwkwk
MU : Mungkin..


Seketika anak-anak langsung penasaran kan, bangun males-malesan dari kasur sambil liat ke arah dapur dan ane bergumam KURANG AJAAARR!

Sesosok lansia, wajahnya pucat sekali, matanya agak ada kerutan hitam, menggunakan mukena, sedang melakukan sesuatu di dapur. Sesekali dia menoleh ke kita dan tersenyum kecil sambil mengangguk. Badan ane rasanya lemes banget, sumpah seumur hidup ane baru liat penampakan sengeri ini. Entah dia manusia lagi numpang sholat aja, penghuni baik atau apalah, raut mukanya bikin ane terngiang-ngiang lagi akan kejadian waktu itu. Seakan dia meminta ijin untuk terus mengerjakan sesuatu di dapur tadi. Sontak nafsu makan kami langsung hilang, kita semua langsung nyerbu kasur dan pelukan satu sama lain sambil menggerutu penampakan barusan. Sesekali ane tengok sembunyi-sembunyi, ada langkah kaki bolak-bolak di depan ruangan ane. Ane yakin ini kaki si nenek, soalnya kami liat dengan jelas banget ada kain menjulur putih dan jalannya pelan banget. Kami tunggu sampai langkah kaki itu hilang dan dipastikan ga bakalan balik lagi, sekitaran 15 menitan lah ya pemandangan itu hilang & kami agak lega. Satu persatu mulai duduk tapi ga ada yang berani ngeliat ke jendela, duduk ngelingkar sambil nyalain rokok. Frustasi semua ga ada yang bisa tidur. Sumpah ane kalo liat muka si nenek tadi, jahat ya enggak tapi gatau kenapa bisa ngeri banget. Kami saling tidak percaya akan penampakan tadi. Kita masih ngerasa yakin kalo si nenek ini warga yang mungkin Cuma numpang sholat. Tapi sholat apaan ya jam 2 pagi gini? Kami pun langsung teriak manggil-manggil Mas Ompong & Mas Sukma, siapa tau emang tadi ada warga yang masuk atau apalah. Eh.. Belum selesai ngisep sebatang, belum sempet teriak manggil mereka, tiba-tiba dari jendela kepala nenek bermukena tadi nyelip masuk dengan cepatnya & terlontar kata Kula Pinarak Rumiyin Nggih dari mulutnya dengan aksen Jawa Krama Alus (read : Saya Mampir Sebentar Ya!!!)

Part 3 - Memutar Waktu Tak Ada Beda

Sebelum update, ane pengen menanggapi beberapa respon Kaskuser disini


  • Bangunan itu masih ada & ditempati? Masih horor? Pengen liat bangunannya. Bangunan itu masih ada & ditempati, soal horor atau tidaknya ane kurang ngerti berhubung ane udah ga kerja disana lagi. Mau liat? Bangunannya jauh dari kesan angker kok, kaya rumah biasa. Mau tau keangkerannya? Maka simak terus cerita ane, ga usah kemana-mana hehe
  • Kayanya ane tau bangunannya deh.. Simpen dalam hati aja jawabannya, kita hargai bersama-sama privasinya. Biar ga ada pihak yang tersinggung & cerita ini terus jalan sampai tamat nanti
  • Penampakannya frontal banget & makhluk-makhluknya kaya di film. Kembali ke ente untuk percaya atau tidak, ane Cuma maparin pengalaman yang real dialamin tanpa ada penambahan atau fantasi TS sendiri. Mungkin kalo ente ada kenalan orang dalem (mantan karyawan) bisa ente investigasi sendiri hehe

Back to Story ...

Memutar Waktu Tak Ada Beda

Kula pinarak rumiyin nggih.. Sebuah kata yang terus terngiang di benak kami. Pikiran kami sudah bercampur aduk antara wajah & suara dari sosok tadi. Beberapa dari kami sengaja memalingkan wajah dari pemandangan tersebut. Ada juga yang sengaja menutup wajahnya, sambil terus mengatakan “Astaghfirullah.. Astagfirullah.. Astagfirullah..” berulang-ulang. Niat sudah kacau antara ada keinginan untuk lari atau tetap pasrah di ruangan ini. Jelas untuk lari dari ruangan tadi kita harus menerobos pintu tempat dimana sosok itu menampakkan dirinya. Perlahan-lahan kami membuka sedikit pandangan kami ke jendela tadi sembari berharap wujud tadi segera lenyap dari pandangan. Ketika kami membuka pandangan perlahan, dan yang terjadi ...

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
Nenek tadi menggoyangkan-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil mengulang ucapan teman ane tadi, “Astaghfirullah.. Astagfirullah.. Astagfirullah..” Kamipun Cuma bisa bengong melihat kejadian itu. Antara takut, gundah gulana & putus asa atas segala usaha untuk kabur. Sekali lagi mata terpejam dengan harapan yang masih sama. Akhirnya setelah beberapa saat, kami sedikit bernafas lega karena si nenek sudah pergi. Serentak kami lari menuju ruang tengah menghampiri kedua teman kami yang masih sibuk disana. Langsung kami paparkan semua kejadian yang kami alami barusan, tapi 2 teman kami malah bikin becandaan (udah jadi kebiasaan buat orang yang ga ditampakkin, biasanya kita becandain mereka. Harus liat sendiri biar bisa bilang takut & percaya). Ngobrol.. ngobrol.. ngobrol.. dan pengen banget rasanya pulang, ga kuat mentalnya di hari pertama udah diteror begituan. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, nanggung juga rasanya kalo harus pulang bentar lagi udah pagi. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur berjamaah di ruang tamu sambil nyalain TV.

Udah ya tan.. (setan bukan tante ya hehe) kami udah capek mau tidur jangan diajakin main lagi

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
Kembali ke tahun 2010 – 2011 waktu masih SMA dulu, ane pernah beberapa kali ikutan acara naik gunung bareng beberapa temen SMA (dulu naik gunung belum jadi aktivitas mainstream kaya sekarang). Tujuan kami waktu itu adalah Gunung Merbabu, yang masih kategori aman buat pemula. Waktu itu cuaca memang sedang musim hujan, sepanjang perjalanan kami selalu ditemani selimutan kabut yang perlahan muncul dari balik pepohonan. Segala pertanyaan sudah terangkum di kepala ane dari segala artikel yang sudah ane baca tentang tempat angker yang ada di Gunung Merbabu (waktu itu ane belum pernah mengalami hal supernatural apapun, ada mitos tentang kalau mau liat hantu ya di gunung lah tempatnya). Cerita ini yang membuat ane tertantang buat mulai pendakian di malem hari, jadi segala keraguan ane akan hal tersebut mungkin bisa sedikit terjawab kalo ane beruntung.

Sepanjang jalan pendakian, ane selalu mainin senter ane ke arah pohon sambil nyari-nyari kalo-kalo ada yang aneh di hadapan mata ane. Nihil, padahal ane udah niat banget pengen ngeliat kaya begituan, bahkan di pos pertama (kuburan) ane pun juga ga ngerasa ada yang aneh. Ah.. palingan juga Cuma mitos nih artikel, pencarian terus berlanjut selama perjalanan kami. Sampai pada akhirnya kita sampai di pos 2 yang berupa tanah lapang disana banyak berkumpulan pendaki-pendaki lain yang sedang bermalam sebelum melanjutkan ke puncak. Duduk – duduk sebentar sambil minum, kami semua berdiskusi apakah akan bermalam disini atau tetap lanjut untuk ngejar sunrise? Kami memilih untuk tetap lanjut setelah ambil nafas & bersosialisasi sejenak dengan para pendaki lain. Sesekali ane masih berusaha memainkan senter ane ke setiap arah. Mana mungkin bakalan nongol di tempat beginian orang lagi rame, pikir ane waktu itu. Udara sangat dingin waktu karena hujan gerimis mengiringi langkah kami dari basecamp pendakian sampai ke titik ini.

Kita duduk di sembarang tempat, sambil ngemil sedikit persediaan yang kami bawa. Kerasa senggolan tangan temen ane, waktu ane lagi tiduran buat ngatur nafas. Dia bilang gini “Ssstt.. Gen, aku liat sesuatu di balik pohon yang tumbang itu” sambil dia nunduk kebawah & matiin senternya. Ane langsung dengan sigap ngejawab pelan temen ane yang namanya Ridho ini, “Mana dho, dimana?” Tangan ane langsung nyergap senter dan nyari pohon yang dimaksud Ridho tadi. Wajah ane mendadak pucet, lemes tubuh ane.. dibalik pohon yang tumbang tadi, untuk pertama kalinya ane liat dengan jelas bahkan sangat jelas! Sesosok wanita tertunduk memakai baju putih bersimbah sedikit darah di bajunya. Diluar bayangan ane kalo bakalan ada darahnya segala dan wanita ini lumayan tinggi bersembunyi (mungkin tingginya se-ane 180cm) + mengintip sedikit dari balik pohon (pohon setengah tumbang, jadi Cuma ketutup kakinya doang sisanya ya jelas). Entah kenapa dalam sekejap mata biarpun doi tertunduk ane bisa ngerasain hawa ngeri kaya doi minta tolong gitu. Mungkin dia matinya penasaran kali ya dulunya.

Masa bodo deh udah keburu shock ngeliat penampakan for the first time, ane geletakin senter ane & untuk beberapa saat ane Cuma ngeliatin tanah sambil ngobrol sama temen ane Ridho tadi kalo yang dibilang sama doi emang bener adanya. Dan kita ngasih kode ke temen-temen gini, “Bro, ada..” (rules pendaki : sebenernya kalo ente ngeliat sesuatu yang ganjil, ga boleh diceritain sampe ente semua ngumpul di puncak / sudah turun di basecamp tapi berhubung pemula ya mending takutnya dibagi-bagi). Memang salah sepertinya nantangin kaya gitu di daerah yang emang dibilang pusat kerajaannya, dan emang terbukti sekali diliatin ane langsung kicep. Bodo ah, pokoknya habis ini tetep harus jalan gausah ngeliatin spot tadi sambil liatin kaki temen ane aja jalannya. Tapi tantangan ane.. semua niat ane yang udah ane kumpulin sebelum mendaki.. buyar semuanya. Waktu temen-temen ane udah mutusin buat jalan lagi, boleh percaya apa enggak tapi ane liat di seluruh lapangan tadi isinya pocongan semuanya. Mungkin ada sekitar puluhan lah, jujur ane ga percaya sama apa yang ane liat barusan terus ane pantengin kok ga ilang-ilang. Ane baru tau kalo pocongan itu tinggi banget hampir 2 meteran, beda sama yang di film-film pokoknya. Dari segala penjuru ane bisa liat mereka Cuma berdiri mematung, ga Cuma di komplek pos 2 aja gan ane masih bisa liat beberapa di jalan yang harus dilaluin untuk ngelanjutin perjalanan. Ane pandangin temen ane, kok pada biasa aja masih pada bisa becanda.. lengkap deh kayanya Cuma ane aja kali ini yang dikasih liat!

Pernah ngerasain gimana ente jalan ngelewatin pocongan & ente harus belagak kaya ga ada apa-apa?


Pengalaman itu masih terbesit jelas di pemikiran ane, setiap sosok yang unik seolah langsung kerekam permanen di pikiran ane. Sambil nyalain rokok ane duduk santai sore di taman tengah kantor. Oh iya setelah kejadian itu, ane hampir semingguan ga main ke kantor. Berhubung hari ini ada rapat progress ya udah akhirnya mau gamau wajib dateng. Kondisi sekarang udah ramai, karena proses pindahan sudah sepenuhnya kelar. Jadi udah rame lah, ga kepikiran kejadian sebelumnya bakal keulang lagi. Setiap ruangan udah keisi dan orang-orangnya juga udah pada mulai aktivitas masing-masing. Good bye religious grandma, we’ll never see you again! Hahaha. Habis rokok sebatang terus ane muter-muter, mampir-mampir ke tiap ruangan buat liat-liat. Ternyata di salah satu ruangan, ada satu ruangan yang punya kamar mandi sendiri tapi isinya Cuma bathtub doang itupun udah kumuh (karena sampai sekarang emang ga pernah dipake Cuma dibiarin ditutup tuh kamar mandi). Dan di beberapa spot ane juga ngeliat ada beberapa patung biksu kecil yang letaknya nyebar, (konon di dalam gudang yang gabisa dibuka itu juga ada patung biksunya menurut temen ane yang pernah nekat ngintip lewat ventilasinya). Sampai akhirnya ane singgah, di salah satu ruangan yang lagi rame banget. Ternyata anak-anak lagi dengerin cerita dari salah satu temen ane, namanya Mas Rudi. Intinya dia Cuma pesen, disini jangan ada yang berbuat aneh-aneh soalnya penunggu disini banyak, suka ganggunya kelewatan, dan ada 1 yang katanya rajanya di tempat ini tuh paling bahaya. Mas Rudi ini emang dari kecil orangnya bisa liat hal-hal begituan, jadi kedepannya kalo ada apa-apa kita pasti minta tolongnya sama dia. Kembali ke kata RAJA tadi, ane sempet mikir kalo yang kemaren ane liat aja udah ngeri gimana ane kalo dikasih liat si RAJA ini ya? Ane sempet nanya tuh ke Mas Rudi, “Mas, si raja ini bentuknya kaya gimana & dia ada dimana mas?”. Mas Rudi Cuma senyum dan bilang kalo dia ga berani jelasin lebih jauh lagi, pokoknya dia tinggalnya di gudang belakang & kekuatannya jauh diatas normal deh, denger kata-kata kaya gitu ane langsung serrr.. tuh gudang posisinya deket banget sama ruangan ane. Pantesan dari kemaren hal-hal aneh selalu muncul dideket situ, ternyata ada rajanya!

Part 4 - Reuni Kelam

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
Hari demi hari berlalu, canda tawa kebersamaan bercampur dengan segala aktivitas kesibukan di tempat ini. Sesaat kami sedikit melupakan kejadian-kejadian janggal yang pernah terjadi tempo hari. Yaaa.. Siapa juga yang menyangka tempat yang dihuni puluhan orang, beraktivitas hampir 24 jam, ternyata menyimpan sebuah rahasia misteri dibaliknya.

Mas Rudi, sesosok pria kurus yang taat beribadah tempo hari pernah berpetuah kepada sedikit dari kami untuk menjaga perilaku selama di tempat ini. Karena konon, kekuatan negatif di tempat dimana ane lebih banyak menghabiskan waktu sehari-hari ini sangatlah mengganggu. Bahkan ia juga sempat bilang bahwa penghuni di tempat ini tidak segan berkontak fisik dengan kami. Beberapa dari kami mungkin berpikir, petuah itu konyol mana mungkin makhluk halus bisa berkontak fisik dengan manusia? (Mungkin kalo setannya zombie ane ga takut, tapi tau sendiri setan Indonesia bentuknya kaya gimana). Tapi dasar yang namanya anak muda ya, masih terlalu semangat kerja apalagi di sekelilingnya bekerja dengan temen-temen yang ga kalah serunya.. suara, umpatan, bahkan candaan yang kita singgungkan kepada penunggu disini hampir setiap hari terlontar dari masing-masing individu. Cuma di tempat ini, waktu itu makhluk halus jadi bahan guyonan (sampai pada akhirnya nanti teror datang tak berkesudahan). Karena memang waktu itu mereka sudah absen untuk menampakkan diri, mungkin mereka lelah pikir kami. Tapi sebenarnya mereka seperti sedang menghimpun kekuatan sendiri.

Di suatu tengah malam, kalo ga salah waktu itu sedang memperingati / mendekati momen Malam Satu Suro ane lupa (orang Jawa pasti familiar). Aktivitas masih ramai seperti biasanya beberapa dari kami masih mengerjakan kerjaan masing-masing & beberapa sedang berkumpul di lantai atas untuk bercerita sambil menghirup udara malam. Waktu itu ane masih inget banget, ane lagi duduk sambil ngerokok bareng temen ane yang namanya Winandra di teras ruangan kerja dia. Ruangan kerja temen ane ini, di depan taman tengah persis jadi kami bisa liat sekeliling langsung dari spot ini. Cerita-cerita tentang kehidupan & pekerjaan terlontar dari masing-masing bibir kami. Sambil sesekali kami beradu cela dengan beberapa temen yang lagi nyantai di lantai atas (karena berhadapan langsung, maka ane dengan yang diatas bisa saling komunikasi biarpun harus agak teriak dikit). Tidak ada yang aneh waktu itu, kami sudah sangat yakin penunggu disini sudah jengkel sendiri mau ngerjain kita-kita yang notabene baterainya selalu full & suaranya lebih “ndalan” daripada mereka hahaha.

Bruuukk.. terdengar seperti suara benda jatuh dari lorong sebelah taman.

Sedikit penjelasan kalo lorong sebelah taman ini sebenernya jadi jalan pintas untuk beberapa orang misal ruang tamu lagi rame client. Ga ada penerangan apa-apa murni lorong sempit sepanjang 3 meter. Kalo ente masih inget sama penampakan hantu rambut di kamar mandi, nah belakang kamar mandi itu adalah lorong gelap tadi. Otomatis ane langsung seeerr.. parno sendiri, pikiran antara itu maling atau *ahsudahlah* karena 2 kemungkinan tadi sama besarnya. Ane sama Winandra langsung saling tatap sambil senyum, feeling kita udah ga enak (waktu nulis cerita ini, jujur ane merinding keinget kejadian itu). Then WTF moment happened, adalah ketika feeling ente udah ga enak & cunguk-cunguk diatas tadi nyuruh kita ngecheck asal suara itu memastikan kalo emang bukan maling. Jelas lah ane udah nyerah nyuruh nyamperin ke lorong gelap, mau bawa pentung sekalipun pemikiran ane udah ga di maling lagi. Ane sama si Winandra ini, sampe berani jamin kalo itu bukan maling. Dikatain udah sama temen-temen diatas cemenlah apalah, ga peduli! Kalo emang mau ngecheck ayo pada turun kita check bareng-bareng! Disini nyali ane udah ciut banget kalo keinget sama si mba-mba kamar mandi (beberapa yang udah ane kasih bocoran penampakannya, pasti bisa ngebayangin sendiri). Sambil ngetawain kita, beberapa temen ane yang ada diatas turun buat ngecheck bareng-bareng + standby di parkiran jaga-jaga kalo emang maling beneran jadi kita bisa kepung dari dua arah. Waktu semua kaki terinjak di lantai ruang tengah, *THE MOST FRONTAL PENAMPAKAN” terjadi di depan semua mata kita! – Antara ruang tengah dengan taman ada semacam pintu kaca besar –

*Greeekk.. Greeekk.. Greeekk..*

Pintu kaca yang membatasi antara ane dengan temen-temen ane di seberang sana terbuka dengan sendirinya! Jelas tidak masuk akal, karena untuk membuka dalam keadaan normal secara bersamaan itu butuh 2 orang dengan kondisi pintu harus diangkat sedikit baru di dorong. Tapi pemandangan ini meninggalkan banyak saksi, pintu seberat itu bisa ngebuka pelan dengan sendirinya sampai terbuka lebar! Sumpah!!! Perasaan antara takjub dengan takut bercampur menjadi satu. Untuk pertama kalinya ane ngeliat gangguan usil makhluk halus bisa sedashyat ini. Kami Cuma bisa melongo ngeliat kejadian itu sambil bertanya “Kok bisa gitu ya?” satu sama lain. Kami bergumam, mungkinkah mereka come back lagi & membawa teman-teman sebanyak kita punya disini? Tidak berlangsung lama setelah itu, dugaan awal ane tentang lorong gelap tadi jadi kenyataan. Sekelabat bayangan, Eh.. sudah bukan sekelabat lagi ini sudah jelas banget sosok yang ane pikirin dari dugaan awal tadi menampakkan keberadaannya di depan ane sama Winandra. Sesosok wanita yang di kebanyakan cerita hanya menunduk melihat tanah.. Kali ini menatap tajam ane & Winandra, sambil ketawa cekikikan menutup mulutnya tanpa suara. Seolah dia tertawa puas atas kejadian barusan, ane masih inget banget posisinya berdiri disamping pintu.. tinggi hampir 2 meter.. wajah pucat pasi agak ngeri.. ketawa genit di depan ane sama temen ane tadi. Bisa bayangin perasaan ane, dua kejadian janggal paling fenomenal terjadi secara bersamaan. Hampir beberapa menit ane sama Winandra melongo karena shock, kaget, sama gager *ga bisa gerak* dikasih liat yang kaya gitu. Udah dikasih liat yang diem aja fine, kita udah takut! Tapi ini pake diketawain, seolah emang si mba-mba ini udah ada niat buat ngejahilin kita yang daritadi berdua curhat di pinggir taman sambil sesekali marno-in dia.

Itu baru dari sudut pandang dua orang yang lagi duduk di taman ya, inget rencana awal beberapa temen ane turun buat ngebantu ngecheck lorong + standby di parkiran tapi ngeliat pintu tadi ngebuka sendiri otomatis pada berhenti kaget semua kan ya? Macem-macem penuturan mereka, segerombolan orang yang mau nyusulin ke lorong katanya liat di belakang ane ada makhluk item tinggi hampir se langit-langit, matanya merah, kukunya panjang, lagi jalan cepet mondar-mandir dibelakang ane sama Winandra. Ane yang masih melongo liat mba-mba yang ketawanya cekikikan terus berhenti sambil natap ane penuh dendam, mana sempet ngeliat belakang? Mau bangun dari duduk aja gabisa! Dan katanya lagi, si item ini habis mondar-mandir terus ngerayap tembok & jalan cepet ke arah gudang. Awalnya ane sih ga percaya sama yang mereka liat, sumpah khayal banget kaya di film horor luar (sampai pada akhirnya nanti ane liat sendiri & memang makhluk tadi begitu bentuknya). Dua rombongan udah kena stun ya sama keberadaan makhluk halus malem ini, mampus kalian pikir si setannya mungkin. Dan penderitaan kami makin lengkap malem ini oleh teriakan rombongan yang mau standby ke parkiran, mereka pun teriak

“Ora masuk banget embahnya, kenapa harus pake ketawa sambil angguk-angguk! ”

setelah sekilas pandangan mereka lirikan sedikit ke arah dapur (posisi ruangan semua terkoneksi, jadi ga tertutup tembok semua bisa liat jelas satu sama lain). Mendengar kata mbah, pikiran ane udah semakin buyar lagi. Pengakuan mereka yang ngeliat, si nenek bermukena ini muncul lagi & berdiri diem sambil melototin mereka tapi ngasih senyum kecil. Kenapa sosok yang ane takutin ada disekitar ane semua malem ini? Dan kenapa bisa dateng malah disaat kita lagi rame-ramenya! Malem Satu Suro, menurut mitos Jawa memang identik dengan waktu dimana makhluk halus bebas berkeliaran. Posisi ane sama Winandra waktu itu udah yang paling kecepit, antara buat kabur harus ngelewatin taman / muter lewat dapur / ngumpet di kamar dan berharap mereka ilang? - Kayanya mustahil, 3 penampakan ilang sementara temen yang lain bisa ninggalin kita pulang. Anyway, si nenek bermukena ini udah cukup menghantui pikiran ane sampai sekarang & cukup ane berharap ga akan ngeliat lagi, akhirnya dengan memantapkan hati melihat jarak taman dengan seberang yang ga begitu jauh.. ane sama Winandra saling senggol dan lari terbirit-birit. Ane beraniin diri buat ngelengok ke dapur sebentar dan ... si nenek memang lagi senyum kecil denganmata hitamnya yang melotot sambil angguk-angguk! Bahasa jawanya ane udah "girapen" waktu itu, pokoknya panik dan pengen cepet-cepet jadi satu rombongan sama yang lain di parkiran sana.


Part 5 - Bersemayam Dalam Hening

Huft.. Huft.. Huft.. dengan nafas yang terengah-terengah kita semua masih mencoba mengatur nafas setelah sempat lari-lari dengan paniknya. 3 rombongan tadi sekarang sudah berkumpul menjadi satu di teras kantor, sedikit lega rasanya ketakutan sedikit mulai berkurang karena kita udah rame-rame sekarang (padahal dalam keramaian pun bukan jaminan mereka ga bakalan ganggu lagi). Disini mulai keliatan nih muka-muka munafik yang pura-pura ga takut sekarang padahal tadi mukanya panik semua sambil teriak hua.. hua.. hua.. Bahkan ada yang menganggap penampakan si hitam tadi sangar banget, karena mereka baru sekali ini liat penampakan makhluk gaib kaya di film-film. Buat yang kena jatah ngeliat si mba ketawa & nenek mukena tadi ya jelas mukanya pada shock semuanya & takut buat masuk ke kantor lagi kalo-kalo mereka masih pada nungguin kita disana. Dan akhirnya beberapa dari kita ada yang memutuskan untuk pulang & sebagian menghabiskan sisa malam di kantor dengan tidur bareng di ruang tamu dengan penerangan maksimal & TV nyala. Ane kebetulan juga milih stay di kantor, bukan karena ane sok berani ato gimana tapi jalan pulang ke kontrakan ane di daerah Jakal emang ngeri kalo malem & waktu itu Jogja lagi ngetrend begal. Jadi ane putuskan untuk tidur dengan para penakut yang sok tegar lainnya, seenggaknya kalo diganggu lagi setelah ini kita masih bisa teriak bareng & berbagi ketakutan karena kita sedulur hehe. Udah ane bilang di awal cerita, kalo gangguan di tempat ini udah level kronis! Kalo Cuma suara-suara sama angin mah udah ga level.. gangguan kecil kaya gitu udah kita alamin hampir setiap hari di tengah-tengah aktivitas kita baik pagi, siang ataupun malam.

Sekali lagi ane admit, belum pernah ane ngalamin horor yang mengakibatkan sampe ane terbiasa dengan kehadiran mereka.

Bersemayam Dalam Hening

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)

Mungkin bagi sebagian orang akan memilih pergi setelah mengetahui betapa angkernya bangunan ini, tapi tidak bagi kami.. Kami semua lebih memilih untuk tinggal karena kami percaya hanya dengan gangguan seperti itu tidak akan menghalangi kreatifitas kami untuk berkembang lebih lagi. Seolah gangguan-gangguan kecil yang terjadi, sudah menjadi pelengkap di hari-hari kami ketika sedang asik bekerja. Banyak orang bilang bakalan lari, semisal ada sesuatu yang janggal terjadi di dekatnya. Tetapi ga berlaku bagi temen-temen ane.. Mas Andiko, Pondro, Yoga, dkk (kebetulan mereka bekerja di satu ruangan waktu itu).

Penunggu di ruangan ini terkenal usil biarpun jarang menampakkan dirinya. Hal yang biasa saat masing-masing individu sedang sibuk di hadapan komputernya & benda benda mulai bergerak dengan sendirinya, malah biasanya mereka saling bertegur sapa satu sama lain, “Hahaha, liat nih gerak sendiri.. kayanya ada yang mau bantuin kerja nih?” Pernah juga printer di ruangan itu ngeprint sendiri, padahal ga ada yang lagi ngeprint / masuk ke printer queque dan lagi yang diprint itu bukan tentang kerjaan banget. Ane lupa apa tapi Cuma kaya historical picture ga penting gitu (ane baru sadar sekarang, apakah ini clue dari mereka untuk mengungkap bangunan ini). Gangguan kaya gitu udah jadi makanan sehari-hari, soalnya ya mau gimana lagi kalo kita takut kerjaan gabakalan kelar bahkan waktu kita lagi ngadain rapat devisi mouse yang ada di komputer bisa gerak +ngeklik sendiri dan semua orang ngeliat. Cuma puncaknya yang paling top dari ruangan ini, waktu kita lagi tidur bareng (kebiasaan anak-anak kalo tidur ga pernah disatu tempat, mana yang rame itulah yang ditidurin).. pernah kita ngerasain hawa panas & bau rambut kebakar.

– sekilas tentang mitos bau rambut – Jadi bau rambut ini udah jadi semacam clue buat kita, waktu pertama kali nyium memang kita ngiranya aneh apa ada rambut anak-anak yang lagi kena rokok atau apa. Tapi seiring berjalannya waktu, bau ini sering muncul & spotnya pindah-pindah. Setiap kecium bau ini niscaya si pemilik rambut yang kebakar ini akan memunculkan dirinya. Ada yang percaya kalo bau kebakar ini akibat si penunggu berada di bacaan doa-doa, terus ada bagian dari dia yang ikutan kebakar karena ga kuat terus ngungsi ke tempat yang orang-orangnya malas berdoa. Sebagian lagi juga percaya kalo bau ini udah jadi ciri khas dari makhluk tersebut, kalo emang dia kesiksa karena doa tapi eksistensinya di kantor kami sempet lama juga.Back to tidur di ruangan tadi, hawa panas & bau ini semakin menyengat. Padahal ruangan ini selalu jadi favorit nongkrong, karena adem banyak kipas anginnya ngerokok pun harus diluar ruangan (yang terpanas itu ruangan devisi ane yang deket gudang itu, emang karena auranya negatif). Dan waktu itu tim tidur malamnya juga ga begitu banyak Cuma ada 8 orang, jadi ga begitu empet-empetan tidurnya. Tapi kondisi ini malah bertambah parah, hawa makin panas.. bau makin nyengat.. kita lihat sekeliling juga ga ada yang aneh, diluar sana masih ada Winandra yang lagi ngerjain kerjaannya bareng beberapa anak. Makin ga betah aja kan dengan hawa kaya gitu, kita pun memaksakan tidur sambil ngangkat baju biar siliran sedikit. Sampai pada sekitar jam setengah 3an gitu temen ane yang namanya Mas Andiko ini bangun, bukan kenapa-kenapa karena dia kebangun gara-gara suaranya Winandra yang emang khas kenceng gitu. Sambil ngedumel dia masang posisi tidur lagi, tapi believe it or not waktu dia mau tidur dia ngeliat sesuatu diatas meja. Ada cewek baju putih yang sering nongol di deket kamar mandi depan itu, lagi duduk nunduk sambil ngayun-ngayunin kakinya (kalo ente pernah liat penampakan hantu baju merah di youtube, kira-kira kaya begitulah posisinya).

Si cewek tadi Cuma ngayun-ngayunin kakinya, tangannya mainin lembaran kertas yang suaranya bikin ngeganggu banget. Untungnya Mas Andiko ini ga ngebangunin kita-kita, dia langsung tidur tengkurep maksain buat tidur lagi. Kalo pake acara ngebangunin gitu kan berabe, ane sendiri udah bisa hat-trick ngeliat si mba tadi.  Intinya ane bersyukur banget ga dikasih liat malam itu ga bisa tidur sampai pagi hehe. Kebiasaan di kantor ane ini sebenernya bagus, karena banyak orang udah bangun di pagi hari buat sholat subuh (lupakan penghuni di ruangan tadi masih yang bangun baru 2 orang, yang lain pada molor semuanya). Beberapa yang sudah sholat biasanya udah ga tidur lagi, nyantai internetan sambil nunggu pagi buat pergi sarapan / berangkat kuliah. Mas Andiko yang kebetulan udah bangun terus dia ngeloyor ke ruangan Mas Rudi buat cerita tentang pengalaman semalemnya. Waktu itu di ruangan Mas Rudi ada yang namanya Mas Hafidz juga yang kebetulan satu ruangan, ikutan ketawa ngedenger ceritanya mas Andiko. Mas Rudi yang berfikir ada sesuatu yang janggal langsung pergi ke musholla buat baca doa-doa. Dan tiba-tiba ...

DUUUUAAARR.. Suara gebrakan yang menggelegar ini membangunkan seisi kantor!

Menurut pengakuan Mas Andiko yang ikutan doa tadi, katanya waktu suara gebrakan tadi si mba yang diliatnya semalem itu nggebrak pintu kaca sambil nongolin mukanya di kaca melotot ke arah Mas Rudi. Denger suara sekenceng itu sontak ane sama temen-temen langsung bangun dan lari ke sumber suara takutnya ada apa-apa. Pertama yang kita liat Cuma Mas Andiko dengan mukanya yang sedikit takut, kita udah bisa nebak kalo ada seseorang yang lagi sama Mas Rudi berarti dia habis diusilin yang kelasnya agak menengah (alias penampakan langsung). Tapi disamping Mas Andiko, Mas Rudi tadi tampak bingung nyari hape di sakunya & sibuk ngetik sesuatu cepet banget. Ternyata Mas Rudi ini lagi ngechat facebook Mas Hafidz yang ditinggal di ruangannya tadi. Intinya gini

R : Fidz, kamu disana sekarang baca-baca doa surat blablabla
H : Lah kenapa Rud? Tadi kan aku udah sholat?
R : Pokoknya kamu baca & jangan liat belakang!
H : Wah, jangan nakut-nakutin gitu Rud. Ok, aku baca
R : Di belakangmu sekarang, setiap kamu ga percaya.. pas di belakang kepalamu ada makhluk halus dia yang lagi melototin marah kamu, terserah kamu percaya / enggak.. bisa liat / engga.. kalo kamu sampe noleh belakang aku ga berani jamin sama apa yang kamu liat nanti! (begitu juga kalian yang ngedenger ini)


BLAAARR.. Mungkin karena tadi Mas Hafidz ga percaya sama cerita Mas Andiko sekarang tiba giliran dia buat dikasih liat

Part 6 - Reka Rupa Terlupakan

Seolah mereka ingin memastikan keberadaan mereka tidak diragukan lagi.
Mungkin bagi sebagian orang yang sudah pernah melihat secara langsung, pastinya tidak akan meragukan lagi bahwa presensi makhluk halus di tempat ini memang benar adanya. Tetapi bagi sebagian orang yang belum pernah melihatnya, tentunya cerita-cerita mistis tadi bagaikan hal konyol yang membuat bising kesehariannya. Sebelumnya sempat ada yang penasaran apa yang terjadi dengan Mas Hafidz setelah membaca facebook chat dari Mas Rudi. Tentunya Mas Hafidz bukan orang nekat yang penuh penasaran, apalagi Mas Rudi yang bilang sendiri. Sambil komat-kamit dia membaca doa sampai Mas Rudi bilang aman gangguan sudah hilang.

Sesudah gangguan itu, Mas Rudi terus memasang semacam pagar gaib di sekitar ruangannya (kurang sakti gimana coba sampe masang kaya begituan, sholehpati aja belum pernah). Soalnya memang di sekitaran ruangannya itu presensi makhluk gaibnya sangat ramai. Sayangnya Mas Rudi juga manusia yang punya batas kekuatan, dia ga bisa magerin tuh seluruh kantor soalnya hawanya udah terlalu kelam cuma makhluk-makhluk di deket ruangan dia aja yang masih bisa diajak "negosiasi". Jadi setelah ini buat kita-kita yang emang harus ngelembur & takut diganggu kita ngungsi ke ruangan ini (tapi pada dasarnya anak-anak mikir percuma kalo nginep kantor tanpa melewati sebuah gangguan, gokil kan guys?)

Reka Rupa Terlupakan

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)

Sebuah kanvas putih besar tergeletak di sebuah ruangan ditemani palet cat air & banyak kuas di sekitarnya. Dulu ane punya temen yang namanya Mas Bori *disamarkan* (Doi sekarang udah jadi artist ternama baik di Indo & LN). Mas Bori ini terkenal dengan gambaran hebatnya yang punya karakter sendu-sendu misterius gitu. Kalo ga salah waktu itu doi mau masukin karya di sebuah galeri pameran lokal terkenal gitu. Jadi deh hampir beberapa minggu dia ngelembur ngelukis karyanya, ane sampai mengikuti perkembangannya dari hari ke hari karena emang step by stepnya bagus banget. Sampai akhirnya lukisan tersebut jadi kaya begini nih


[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)

Ente bisa lihat sendiri gimana karakter & suasana dari lukisan itu. Sedikit misterius tapi artistiknya ngena banget hanya dia yang bisa mendeskripsikan makna dari karyanya.

Ane skip sedikit ya, ente inget-inget terus pokoknya sesuatu tentang benda-benda mati ini.
Dulu ada 2 temen ane yang namanya Mas Dedi & Mas Wongky, mereka ini termasuk keturunan ningrat Kraton. Tapi anak-anaknya ga ada tampang kerajaan sama sekali malah lebih ke konyol. Konon katanya setiap keturunan ningrat itu punya bodyguard penjaga tak kasat mata yang ngelindungin dia. Bisa dibayangin kan kalo ada penjaga abdi dalem kraton berkunjung ke kantor ane yang terkenal ramai hawa-hawa kegelapan? Bisa bentrok udah macem perang. Tapi bener adanya, setiap ada mereka gangguan-gangguan mistisnya memang agak berkurang, mungkin takut sama penjaga abdi dalem kraton kali ya?

"Kraton dan tempat ane kerja dulu ternyata ada benang merahnya" - spoiler aja sedikit tentang sisi historis bangunan ini

Malah menurut penglihatan Mas Rudi di kemudian hari, ada salah satu penjaga tadi (punya si Mas Dedi) ada yang terpaksa stay di kantor ane buat ngejaga temen ane ini berhubung doi emang sering tidur di kantor. Si penjaga ini dia tinggalnya ngerasuk masuk di salah satu papan reklame model di kantor ane yang udah ga kepake persis disamping ruangan dimana Mas Dedi sering tidur. (ane ga bisa kasih liat gambarnya demi privasi perusahaan ane dulu). Sedikit gambaran aja, modelnya itu cewek pake kostum konsep gothic & make-up khas vampir gitu. Si penjaga tadi konon bersemayam di papan reklame tadi karena disekitar situ ada makhluk berwujud cewek cantik tapi kakinya mirip kaki kuda yang sering ngeganggu di sekitar situ. Biasanya yang diganggu itu yang ditaksir sama dia aja. Bahkan ada yang sampai diikutin sampai ke rumah (di lain cerita nanti bakalan ane bahas). Untung ane pribadi belum pernah dikasih liat, berarti popularitas ane dimata mereka masih kurang eksis hehehe. Menurut temen ane yang pernah ngeliat langsung, si penjaga tadi kadang sering meloncat keluar menjadi sosok nyata mirip model tadi mondar-mandir di sekitaran lorong. Dia kira waktu itu mungkin anak-anak foto lagi pada ngerjain sesi, eh gataunya setelah dia ngeh model tadi itu model yang ada di papan reklame yang projeknya udah kelar bertahun-tahun yang lalu! Ente bayangin sendiri dah ngeliat wujud yang mirip manusia tapi sebenernya bukan manusia dan doi kerjaannya mondar-mandir di malem hari dengan kostum & make-up kaya gitu..

Setelah ada modus baru makhluk tak kasat mata bersemayam di benda mati, rupanya penghuni di tempat ini ga mau kalah saing. Masih inget kan sama lukisan Mas Bori tadi? Bedanya disini mereka ga muncul dengan sosok karakter di lukisan tadi, cuma terkadang ada yang ngeliat lukisan itu bisa berubah ekspresi sendiri. Kemanapun kita jalan, kayanya mata dari karakter ini terus natap ngikutin kita. Pernah juga ada yang ngeliat si cewek di lukisan ini ketawa, nangis, melotot, dll. Ane disini ga ada maksud menjatuhkan karya orang lain & ane harap penasaran Kaskuser semua disini masih dalam tahap wajar, tidak sampai judge karya beliau dengan komentar & pertanyaan dari kisah ini. Entah sudah sampai di level mana penunggu di tempat ini, sampai-sampai mereka bisa hadir dalam wujud apapun. Belum cukup nampaknya dengan penampakan, benda & suara, tinggal dalam suatu benda saja..

- pernah kejadian juga seperti ini - ente rangkum sendiri nanti


Waktu itu devisi ane sempet lembur buat ngebahas bareng konsep tender gitu, biasanya kita kalo presentasi konsep gitu lokasinya di teras balkon lantai 2 yang agak luas tempatnya. Kebetulan waktu itu ada tim kami dari Jakarta yang ikut bergabung sambil belajar tentang konsep presentasi tender. Satu orang presentasi di depan, yang lainnya nyimak sambil duduk. Tiba saatnya waktu Mas Umar presentasi di depan, ada suara-suara langkah orang naik turun tangga. Sekali dua kali gapapalah ya, tapi ini hampir 10 menitan sendiri sampai akhirnya Mas Umar ngumpat “Yog.. misal mau naik naik aja gausah sok heboh naik turun tangga!” Si Yoga ini emang terkenal selo orangnya suka ngikutin tim mana aja buat ngajakin becanda soalnya bingung ga ada kerjaan. Ga ada jawaban, dan suara masih ada.. jengkel akhirnya Mas Umar ini ngelempar pulpen ke bawah sambil nengok siapa sebenernya yang ngeganggu presentasi kita. Pas diliat ternyata ga ada orang dan ... suara langkah kaki tersebut masih ada. Kita-kita yang lagi duduk dipanggil buat ikut ngeliat kejadian ini. Emang bener gan, suara langkah kakinya itu masih ada tepat di hadapan kami kaya lari cepet naik.. lompat.. lari lagi! Kita sih udah biasa (sambil cekikikan ngelirik anak Jakarta) kalo Cuma diganggu gitu asal ga dikasih liat aja, yang melongo itu anak-anak Jakarta yang baru pertama kali dateng ke kantor ini udah disuguhin pemandangan kaya begitu. Cuek lah kita lanjut kegiatan lagi toh emang mereka ga ngeganggu banget waktu itu. Sampe tengah malem kalo ga salah waktu itu presentasinya, memaksa tubuh ini untuk beristirahat di kantor lagi. Akhirnya pasang formasi kitanya buat tidur di lantai dua semuanya yang luas berhubung rakyatnya juga banyak, sebelum tidur tidak lupa sarapan film horor thailand dulu biar makin serem. Malam itu tidak ada kejadian yang berarti, karena kami tidur dengan nyenyaknya sampai pagi.

Suara alarm yang paling bikin jengkel itu adalah ketika ente bangun karena suara obrolan orang lain, bukan karena suara alarm hape yang udah diset waktunya. Dengan kondisi masih kriyip – kriyip, kita udah ngantre panjang di kamar mandi. Bukan karena mules atau apa, tapi di waktu kita tidur kita semua ngalamin mimpi yang sama dengan runtutan yang sama pula. Berbagi obrolan dan mencoba menyatukan cerita, ternyata mimpi kita semua waktu itu kita lagi “berhubungan” sama cewek cantik – yang selanjutnya disebut noni belanda lantai 2 – bersosok sempurna, tapi anehnya ga ada satupun dari kita yang bisa inget mukanya. Hmm, mungkin untuk seterusnya tidur di lantai 2 adalah favorit place to sleep kalo gini terus ya! Untuk memastikan keabsahan cerita, seperti biasa Tanya Mas Rudi menjadi opsi kami. Dan memang benar adanya kalo malam itu kita semua sedang “disetubuhi” sama noni-noni tadi, beliau mewanti-wanti untuk jangan terlalu sering & sebisa mungkin mengantisipasi hubungan 2 alam karena efeknya bisa bahaya. Mendengar itu kita semua udah gabisa nantang lagi & langsung merinding, bisa jadi kalo mereka suka sama kita nanti & menuntut lebih.. bisa jadi juga kalo kita diajak ke alam mereka.. sambil sesekali kita nengok ke arah tangga berharap noni tadi ga ikut mendengarkan obrolan kita ini & punya niat jahat ke salah satu dari kita

Part 7 - Seribu Kepala Berjalan


Udahlah, cerita dulu sekarang ... ingat lampu kamar wajib dimatikan ya!


[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)


“Tubuh ini berjalan tanpa bayang, dalam kegelapan malam bersembunyi.
Terkadang ada yang melihat penuh geram, dan terkadang ada yang menertawakan dengan girang.
Mungkin lebih baik aku dengan segala ketidaksempurnaan ini, mencoba menyapa kalian semua di alam bawah sadar.”

Sejenak ane & temen-temen berpikir bahwa semuanya sudah pernah kita jumpai selama ini. Tapi hanya satu, barisan sajak diatas semakin menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah berhenti untuk hidup berdampingan dengan kita. Hampir sepuluh pemuda menjadi saksi bisu atas kejadian malam itu. Sesaat kami diam & melongok ke arah lantai dua dimana kami semua tanpa sengaja telah berkontak dengan sesosok wanita anggun yang tidak pernah kita ketahui rupanya.

Cerita selanjutnya mengambil background di bulan Ramadhan, dimana semua orang percaya di bulan yang suci ini pasti akan menguji banyak kesabaran umatnya dalam menjalankan ibadahnya. Disini TS berperan sebagai setannya karena ga puasa, hehe becandaaa..

Jadi waktu itu, aktivitas produksi sedang memasuki masa-masa padatnya. Dimana hampir setiap hari yang namanya deadline itu selalu di depan mata. Udah ga kepikiran mistis lagi karena sesungguhnya lebih ngeri dikejar deadline daripada dikejar hantu. Banyak devisi yang terpaksa beraktivitas hingga pagi menjelang, untuk menyelesaikan masing-masing tanggungannya. Bisa dibilang itu adalah kerja rodi tim yang paling berat yang pernah dialami. Dengan banyaknya aktivitas tadi, kondisi kantor pun jadi sedikit agak ramai karena lalu lalang orang yang berkoordinasi dari satu ruang ke ruangan lain (sekali-kali kita bener-bener kerja hehe). Dan di tengah kesibukan itu, ada satu prioritas lagi yang kebetulan dibebankan untuk devisi ane. Sebuah konsep proyek advertising, yang harus digarap sempurna untuk memenangkan piala penghargaan dari P*n*st*k* Award (anak adver pasti banyak yang tau). Kebetulan waktu itu masa kuliah juga lagi libur (kecuali ane yang ngambil semester perbaikan), jadi kita semua bisa all-out dalam mengerjakan proyek tersebut. Seperti biasa ane & tim spesialis kerja malam langsung briefing untuk ngebantai proyek tersebut. Hampir berjam-jam kita berdiskusi di ruangan kami yang terkenal dengan hawa hitamnya yang menyelimuti. Tapi memang waktu bulan puasa gangguan disini agak kalem, jadi bisa fokus kerja. And then, dini hari kerjaan sudah accomplished, seperti biasa kasur digelar & kami semua nyantai-nyantai dulu. Mulai dari curhat masalah cintalah, nostalgia masa SMA, dll. Tapi dirasa-rasa ceritanya ga global, ga semua ngerti & timbulah niat-niat iseng karena sudah sepi belakangan ini ga ada gangguan mistis.. kita semua sepakat untuk menceritakan pengalaman mistis pribadi. Berharap ada penunggu lain yang mendengarkan & bisa dijahilin sedikit sama mereka malem ini hehe (kita ga nantang ya, Cuma iseng aja toh kondisi waktu itu lagi rame banget).

Seperti biasa & entah kenapa, setiap bagian horor kaya gini ane selalu ditunjuk sebagai starternya seolah udah macam jadi ensiklopedi horor aja. So sedikit selipan cerita aja nih ya, pengalaman real di lain tempat karena menurut temen-temen ane cerita ini ngeri banget – dikenal dengan “Jenengku Ningsih” (read : namaku Ningsih)
Singkat aja, kejadian ini ane alamin sama bokap di daerah Potrosaran, Magelang. Kebetulan ane sendiri asli Magelang sebenernya. Waktu itu ane diajakin bokap ke rumah temennya buat ngumpul-ngumpul. Kebetulan ane kenal deket semua sama temen bokap, karena udah tau dari kecil jadi bisa ngobrol-ngobrol ga mati gaya. Bisa dibilang rumah temen bokap ane ini, gede.. minimalis.. berkesan mewah.. jauh dari horor (Cuma letaknya di tusuk sate pinggir jalan).

Waktu itu, kita semua lagi ngobrol di gazebo luar. Seperti biasalah obrolan-obrolan kilas nostalgia mereka sambil sesekali perjamuan hehe. Sampai pada akhirnya temen bokap yang namanya Om Andi ini nyeletuk ke temen-temen bilang, “Kalian denger suara-suara ga dari sini?” Temen-temen bokap mikir, palingan udah agak kena ini orang mana mungkin pinggir jalan yang suara mobilnya kenceng banget bisa ngedenger suara aneh lainnya. Tapi memang bener, samar-samar dari kejauhan kedengeran suara orang manggil. Sekali dua kali kita denger barengan suara tadi. Saling tengok satu sama lain, dan penasaran udah diujung kepala.. akhirnya beberapa dari kita (ane, bokap, Om Andi, pemilik rumah, sama satu lagi namanya Om Yoni) memberanikan diri untuk mencari sumber suara sambil bawa sapu siapa tau maling. Perlahan menyusuri luasnya rumah ini, sampai pada akhirnya kita yakin kita menuju arah suara itu.

“Ningsih.. Mrene.. Jenengku Ningsih..” suara orang separuh baya terdengar lirih (sumpah ane merinding kalo inget itu)

Bokap sama Om Andi langsung nanya ke pemilik rumah, “Ningsih siapa, pembantumu?”. Pikir kita waktu itu kalo ngomongnya pake jawa gitu mungkin logat pembantu di rumah itu ya. Tapi si pemilik rumah menggelengkan kepalanya sambil terus nyari sumber suaranya.

“Aku Ningsih.. Mrene o kabeh.. Jenengku Ningsih.. Tulungi aku..” suara tadi makin terdengar jelas di telinga kita (pokoknya nada suaranya super spooky kaya di lagu barusan)

Sampai pada akhirnya kita sampai di sumber suara (di ruang belakang). Ga ada orang & suara itu masih terdengar seperti berada di sekeliling kami. Si Om Andi penasaran nih ceritanya, terus dia ngejawab suara tadi, “Kamu dimana, Ningsih?”

“Ning kene.. Tulungi aku..” dan ternyata sumber suara ada di balik korden jendela. Perasaan campur aduk waktu itu antara mau ngebuka apa enggak. Dan dengan mata yang sedikit tertutup kita dekati arah jendela tadi, kita semua sepakat dalam hitungan tiga buat ngebuka kordennya dan nyari si Ningsih ini.

Satu.. Dua.. Tiga.. !!! Korden kita buka dan belum sempet ngeliat keluar buat nyari si Ningsih ini, di jendela dengan mata yang sangat jelas kita melihat sesosok perempuan paruh baya tubuhnya kecil hampir kaya anak kecil malah, pake seragam jarik khas kejawen, dan yang bikin kita mati langkah adalah ketika kita melihat jendela kepala si Ningsih ini bisa segede jendela panjang & dengan pedenya masih ngomong “Ningsih.. Jenengku Ningsih.. Tulungi Aku..” dengan rambut kondean plus tatapan sedih langsung ke mata kita.

Sekarang kalo ada kaca jendela di tempat ente, ente bayangin sendiri aja deh Ningsih lagi manggil-manggil ente dengan kepala sebesar jendela dengan tubuh kecilnya dibalut kebaya jawa yang sosoknya akan selalu mengawasi tidur ente malem ini (Konon katanya Makhluk Halus kejawen itu kebanyakan bentuknya aneh-aneh).

... Sontak temen-temen ane pada menggerutu sendiri denger cerita ini. Hahaha siapa suruh nyuruh ane cerita, ya ane Cuma nyeritain pengalaman paling ngeri aja yang pernah dialamin. Sejam dua jam saling bertukar cerita, akhirnya kami merasa gangguan yang diharapkan tidak muncul. Kecewa tapi juga gapapalah, ga begitu pengen-pengen banget. Dan sialnya biasanya pas cerita-cerita gitu ada yang mencuri kesempatan untuk tidur biar ga parno haha! Waktu itu peserta terakhir tersisa tinggal ane, Mas Andiko, bebek, monggo & pondro. Mas Umar & Yoga berhasil mencuri start untuk tidur duluan. Akhirnya ane pamitan buat pulang dini hari sekitar jam setengah 2, mengingat besoknya ada kelas SP jam 7. (nothing special tonight temen-temen)

Tetapi dari sinilah awal teror bulan ramadhan terjadi ...

Adzan sahur berkumandang, membangunkan semua orang yang tertidur. Mas Umar dengan langkah gontai pergi membasuh muka dan bergegas pergi mencari makanan untuk sahur. Terlihat “ane” tertidur diatas sofa luar di sudut ruangan kerja kami. Sembari berjalan keluar Mas Umar bangunin ane buat makan bareng anak-anak. Didorong-dorong tubuh ane, tapi ane Cuma diem aja bahkan sampai dicipratin air ke arah muka ane, ane tetep diem aja. Mungkin anak ini lelah, yaudah biarin tidur ajalah kasian nanti jam 7 juga harus kuliah, gumam Mas Umar. Bahkan sampai mereka balik dari makan pun ane masih terlihat tidur dengan posisi yang sama, fix anak ini kecapean!

Sore harinya setelah kelar dengan kesibukan kuliah, ane balik lagi ke kantor buat siap-siap ngebantai proyek penghargaan kemarin. Di ruangan ane udah pada ngumpul semua anak-anaknya. Ga peduli telat karena lagi semangat 45 ane langsung kasih draft konsep buatan ane ke Mas Umar selaku ketua proyek tadi.

MU : Dasar kebo, kalo udah tidur kaya orang mati aja! Padahal diluar dingin banget kok ya bisa-bisanya tidur, Gen.. Gen..
G : Tidur apa ya mas? Kapan aku pernah tidur diluar, bisa dimarahin Bunda aku lah kalo tau haha
Anak-anak : Tidur apa to mas?
MU : Itu temenmu semalem tidur diluar dibangunin ga bangun-bangun
G : Semalem aku ga tidur kantor Mas, aku pulang jam set 2 soalnya aku semalem ke Platinum dulu buat garap tugas, sekalian balik kontrakan
Anak-anak : Iya mas, orang Genta aja pamitan sama kita kok pas mau balik
MU : Lah terus yang semalem tidur disitu siapa? Bukan cuma aku lho yang liat kamu, anak-anak disana juga pada liat!


Seribu kepala berjalan ... mereka mulai menampakkan dirinya menjadi salah satu dari orang terdekatku. Entah siapa sekarang yang sebenarnya ada disampingku. Temanku, saudaraku, atau mereka yang tak terlihat yang ingin menemani tidurku

Part 8 - Vakansi

Yogyakarta ... Terbuat dari rindu, pulang, dan berjuta kenangan
Ya.. ane yakin semua dari Kaskuser yang pernah singgah di kota itu punya seribu alasan untuk tidak meninggalkannya. Sebuah kota yang mungkin bagi para pemudanya terkenal mempunyai rasa kesolidaritasannya yang sangat tinggi. Sudah berapa banyak cerita yang bisa kita ceritakan kelak kepada anak cucu kita nanti tentang memori di kota ini. Tentang keseluruhan cerita ini, ya.. tentang pengalaman misteri pastinya sudah tidak asing lagi di Jogja sendiri masih kental dengan kepercayaan ini. Sulit bagi kita untuk memungkirinya, dan terbukti sampai detik ini kalian semua & (mereka yang kasat mata) masih setia membaca cerita ini.

Jadi Genta, apa kamu pernah meminta untuk bisa melihat apa yang sebenarnya orang lain tidak bisa lihat? Ane bukan orang penasaran yang akan melakukan segala sesuatunya demi bisa melihat apa yang sebenarnya orang normal lihat, dan tidak pernah sekalipun ane tertarik sama hal-hal berbau supranatural. Tapi memang seperti yang sudah kita ketahui, dimana ane & temen-temen ane dulu pernah bekerja memang menyuguhkan pertunjukan mistis yang akan terus berlanjut entah sampai kapan. Mulai dari gangguan sekecil sampai sedashyat apapun itu, itu sudah menjadi bagian dari kami semua yang harus kami terima keadaannya. Jika kami disini tinggal bersama sebagai sebuah persaudaraan dalam bekerja, ternyata tanpa kami sadari di dalam bangunan ini juga tinggal sebuah keluarga yang mendiaminya jauh-jauh hari sebelum kita tinggal disini. Yang pada awalnya kita semua tidak akan pernah mengira kalau kita selama ini hanya bertamu di kediaman mereka.

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)

Kalo ada yang nanya apa kegundahan ente waktu kerja disana, plus setiap hari ngeliat begituan? Jawabannya adalah rute perjalanan pulang ketika ane harus pulang tengah malem sendirian (kebetulan waktu itu ane ngontrak rumah di daerah Pandega Karya). Ga ada pilihan jalan yang keliatannya enakan dikit buat pulang karena emang semuanya beresiko. Pilihan pertama adalah lewat ringroad (kondisi fly-over sedang dibangun) jadi untuk bisa muter balik cepet ke arah jakal ane harus puter balik lewat kolong jembatan gelap dulu. Antara dibegal, meninggal, terus dibuang kali kalo lewat sana.. atau dikasih liat penampakan wanita yang katanya sudah menjadi urban legend disana, jadi ane ga pernah ambil rute ini kecuali lagi bareng-bareng. Pilihan kedua, lewat selokan mataram.. juga bukan alternatif yang ane ambil karena terlalu jauh kecuali kalo udah saking takutnya. Jadi ane biasanya ambil rute jalan tembus yang sebenernya super ngeri ini, tapi seenggaknya ga ada begal disitu hehe. Rutenya lumayan mencekam, apalagi setelah mendengar cerita-cerita tentang daerah tersebut jadi pasti agak parno kalo lagi naik motor sendirian.

Kejadian bener akhirnya, ketika ane memang baru bisa ngelarin kerjaan pas tengah malem. Ane harus balik karena ada temen kontrakan yang ulang tahun waktu itu (sebelumnya TS sudah sering lewat rute ini, tapi TS ceritain aja yang pas ada hal anehnya aja). Keluar tuh ane sama satu temen ane (lupa pastinya, sama si monggo kalo ga salah) ke parkiran setelah beberes barang, sambil pake sepatu di teras depan. Tidak lupa ane pasang headset biar ga denger suara aneh-aneh nantinya di rute suram. Pokoknya sebisa mungkin ane berusaha memalingkan semua pemikiran horor di kepala ane. Waktu ane lagi ngeluarin motor, ga sengaja ane ngeliat ada 1 patung biksu di taman. Diawalnya ane ga pernah mencoba nyari-nyari keberadaan patung ini karena emang ga interest. Dan kita baru ngeh ternyata patung biksu yang selama ini diomongin bentuknya kaya gini toh. Sekedar menggumam aja kita ga ada pikiran aneh-aneh sama tuh patung karena dari awal udah dapet warning kalo nemu nih patung ga boleh dipindah-pindahin. Sambil cuek ngeloyor ngeluarin motor, ane ngerasa liat pemandangan yang sedikit menggangu di depan mata ane. Jadi ada kaya semacam ventilasi gitu di tembok yang nembus ke rumah sebelah kantor ane. Keliatan samar-samar emang kalo dibalik tembok ada semacam ruangan buat laundry gitu. Sekilas ane memandang ke dalam, ada semacam orang jalan mondar-mandir dibalik tembok itu. Pikir ane alah mungkin emang penghuni sebelah, gamau terlalu kepo ntar dikiranya ngintipin ato gimana gitu malah bubar digebukin massa haha. Ga lupa ane tanya si monggo buat mastiin juga dia liat ato engga, soalnya ga bakalan lucu kalo ane sendiri yang liat. Dan monggo pun juga ngeliat, jadi fix itu emang orang beneran. Tapi karena emang dasarnya ane orangnya kepo abis, berharap ada pemandangan BB17+ di balik tembok itu.. Akhirnya ane standarin motor ane buat ngintip tuh lobang (si orang didalem masih jalan-jalan). Ketika ane udah dapet pandangan sama objek di dalem tadi, samar-samar ane ngeliat ada cewe yang mondar-mandir kebingugan gitu. Bolak-balik menggerutu sendiri, kaya lagi nyari sesuatu. Sekilas ane palingin pandangan ane dari lobang ventilasi itu buat manggil si monggo, “Nggo.. coba kesini liat deh” dengan nada pelan. Si monggo nyamperin ane & ikutan ngintip juga (akibat over kepo), tapi waktu kita lihat ke dalem apa yang ane liat barusan udah ga ada di ruangan tadi. Si monggo nanya ke ane. “Kenapa? Ngeliat sesuatu terus ilang? Udahlah ga usah buat persepsi yang aneh-aneh, ayo pulang aja besok kuliah pagi malah ga bangun ntar”. Jujur waktu itu ane sempet kepikiran parno juga, kalo orang tadi bakalan nongol tiba-tiba di depan muka ane sambil melototin matanya ala susana. Tapi untung aja ga kejadian beneran, kalo beneran kejadian fix ane langsung pingsan di tempat haha.

Belum sempat ngelangkah banyak keluar gerbang, tiba-tiba ada suara orang menggumam tepat di belakang kita. Kedengeran jelas banget, sampe kita saling tatap untuk memutuskan mau noleh ke belakang apa engga nih? Dengan posisi megangin motor-motor masing-masing, kita seolah udah terkoordinasi menghitung mundur menoleh ke belakang.

Sreeekk.. dan ga ada apa-apa di belakang kita

Tapi suara tersebut masih kedengeran *macam orang nyanyi tapi cuma uhm.. uhm.. uhm..* kita langsung mudeng kalo suara itu jelas bukan suara anak-anak yang lain / orang lewat soalnya udah sepi banget kondisi jalannya. Ga mau mikir yang macem-macem karena habis ini jalan pulang pun juga masih horor. Udah mau ngestarter motor suara gumaman tadi udah makin Cumiakkan telinga kita, suara itu ternyata dari loteng atas tetangga sebelah kantor. Belagak ga begitu peduli, tapi masih ngeliatin aja ke arah suara. Dan kemudian ... wuuuss, dari arah suara tadi ada kain putih ngelompat dan terbang sendiri nyeberangin halaman depan kantor ane (kita yakin itu bukan kain terbang karena angin, soalnya kelihatan kalo gerakannya bisa cepet banget). Cuma melongo kita semua dan berasumsi kalo barusan itu cuma kain ketiup angin *padahal didalam hati udah tau kalo itu bukan* Akhirnya ane & si monggo berpisah arah buat pulang dan disinilah kejadian yang masih terngiang-ngiang di benak ane sekarang bakalan terjadi.

Ane nyalain rokok ane, dan motorpun ane gas pelan. Sambil tengak-tengok kanan-kiri berharap masih ada orang yang begadang di perjalanan ane pulang. Ane cuma fokus sama lirik lagu yang ane dengerin di headset, dan berasumsi semua bakalan baik-baik aja. Sampai samping lapangan ane bisa nyium bau wangi nyengat banget (konon bau ini identik dengan bau peri), pikiran ane yang mencoba kalem pun langsung buyar karena bau tadi *sambil keinget cerita temen ane katanya yang pernah diliatin peri*. Ane kencengin gas motor ane, pokoknya pengen cepet-cepet ketemu jalan gede udah itu aja. Tapi boro-boro liat jalan raya, buat nembus kesitu ane harus ngelewatin jembatan yang kanan kirinya ada hutan bambunya + bangunan macam sekolah yang udah ga kepake itu. Pikiran ane udah di peri-peri tadi pokoknya, tapi dari kejauhan ane nampak sedikit lega karena ane liat ada orang-orang yang lagi kumpul buat bakar-bakar. Dasar pikiran masih parno ya, ane aja sampe ngira kumpulan tadi juga bukan orang beneran.. sampai ane coba buat nyapa mereka “Monggo pak..”, dan mereka masih ngejawab bareng-bareng “Nggih mas..” Berarti manusia! Hahaha, sumpah ya perasaan ane udah naik turun antara takut – lega – takut – lega. Seenggaknya di jalanan lurus ini kalo ada apa-apa, masih bisa teriak / balik ke kumpulan orang bakar-bakar tadi. Ngelewatinlah itu ane di bangunan yang sampe sekarang lebih ane takutin dari kantor ane. Sreeenng.. ada bau wangi lagi, kalo ini ane tau banget wangi bunga kuburan. Takut sih, tapi ane gabisa gas kenceng soalnya di depan ane ada anak-anak kecil umuran SD-SMP yang lagi lari-lari becandaan (bayangin aja jam segitu masih ada anak lari-lari, anaknya siapa nih pergaulannya liar banget). Pikir ane bocah-bocah liar tadi palingan juga anak-anak bapak tadi yang ngikut bapaknya bakar-bakar. Soalnya emang ga ada yang aneh, pakaiannya pun juga pakaian biasa kok. Pelan-pelan ane jalanin motor, dan ini ada anak ngeyel banget lari-lari tapi di tengah sambil ketawa-ketawa becanda. Stress ni anak, ntar kalo ketabrak siapa yang ga salah & bakal disalahin! Ane klakson sekali masih aja lari di depan ane, dua kali akhirnya dia nepi dan larinya agak model-model sprint gitu. Ane Cuma bisa ngalah, gabisa ngegas kenceng walopun keadaan rame tapi jujur ane masih takut. Dan pas disamping ane, samping persis anak itu noleh ke ane & bilang “BAAA..” Sumpah ane merinding kalo inget mukanya.. jadi sekilas gambaran aja anak ini cewe gedenya ya seumuran SD, dari pakaian ga ada yang aneh mirip anak-anak pada normalnya, tapi cuma mukanya itu muka kakek-kakek! ane sampe terbelalak kaget ngeliatnya. Dan ini tangan si anak kecil tadi ngegap grab jok belakang motor ane, tanpa pikir panjang ane gas kenceng sampa si anak kecil tadi jatoh sambil nangis di jalan. Ane liat spion ke belakang ga ada respon bapak-bapak tadi lari nolongin anak kecil, ane udah mikir antara ane yang diliatin doang / mereka semuanya bukan? Ane gas kenceng dan udah gamau peduliin apa yang ada dibelakang ane tadi.

“Terus yang semalem tidur disana itu siapa?” Tanya Mas Umar ke ane.
“Lah mana aku tau mas, sumpah demi apapun aku semalem udah balik jam setengah 2. Kamu salah liat mungkin mas” Sanggah ane & anak-anak waktu itu.
Perbincangan yang pertama terjadi di kantor ane, ketika ada yang ngelihat wujud manusia yang kita kenal tapi sebenarnya orang tersebut ga ada disitu.

Ya bisa dibilang karena kebiasaan buruk menunda-nunda pekerjaan.. tau sendirilah ya yang namanya mahasiswa part-time an gitu pengennya jalan semua. Kuliah jalan, kerjaan jalan, sosial jalan – dasar serakah! Sudah menjadi kebiasaan ane waktu itu, yang selalu memilih untuk tinggal di kantor ketika pekerjaan baru selesai di waktu yang sangat larut (plus mengingat rute jalan yang harus ditempuh). Bisa dibilang kerjaan ane waktu itu disana lumayan berat, apalagi memasuki masa-masa padat produksi di pertengahan tahun. Tanggung jawab besar dipikul 4 orang sebagai konseptor (Ane, Bebek, Mas Umar, Monggo) yang selalu memaksa kita untuk mengurangi waktu istirahat selama 1 bulan lebih - pasukan kalong malam, sebutan untuk devisi kami waktu itu. Tapi ane gamau cerita yang malam-malam dulu, karena bagian film horor yang selalu ane benci adalah ketika scene memasuki malam hari.

Sore hari beberapa anak devisi lain sedang mengadakan sebuah proyek di kantor, proyek ini juga melibatkan client-client didalamnya. Ane masih inget banget waktu itu ada sodara temen ane yang ikut dateng buat bantu proyek, kalo ga salah sodaranya Mas Rege ya? Si mba ini (ane lupa namanya) ngakunya sih orang indigo / yang bisa ngeliat hal-hal kasat mata. Dari awal dia udah ngomong bahasa yang ga ane ngerti. Oh iya kebetulan kalo ga salah juga waktu itu lagi ga ada Mas Rudi, kalo ada kan rame bisa jadi study tour udah haha.

“Wah rame juga ya disini” bilang si mba tadi waktu kita lagi nyantai di ruang tengah

“Iya jelas rame lah mba ini kan dulu 3 kantor yang dijadiin satu” saut beberapa anak-anak

“Bukan manusianya, tapi yang lainnya. Coba ya aku sambil jalan-jalan muter kantor dulu” si mba dengan pedenya ngeloyor gitu aja. Dan beberapa dari kami yang tertarik dengan hal tersebut ngikut aja sekalian biar bisa tau kalo mba ini bisa lihat beneran. Soalnya kalo nanya sama Mas Rudi ga pernah dikasih tau haha.

Si mba ini jalan ke ruangan tengah sambil nunjuk ke dapur, “Dulu disini ada yang jaga, baik sebenernya tapi sekarang dia udah pindah keluar” Dan yang seperti kita tahu, sosok itu adalah the legendary religious grandma! Seketika itu juga kami langsung percaya kalo mba ini emang dikaruniai bakat melihat.

Dilangkahkan kakinya menuju ke arah tangga, dan bilang “Nah kalo disini penunggunya usil” sambil ngeliatin ke arah WC. “Ada satu lagi di ruangan itu yang ada kamar mandinya, ada satu yang ngumpet ga pernah keluar dari kamar mandi itu mungkin dia takut sama penunggu lainnya. Terus yang lagi sama kita ini ada anak kecil, ganteng tapi tangannya panjang” tangan mba ini sambil ngelus-ngelus gitu. Ngebayangin kitanya kalo si anak tadi emang lagi di pelukan si mba sambil ngeliatin kami.

Nah kalo yang lagi duduk di tangga sambil senyum-senyum sekarang ini ada cewek cantik kayanya suka sama kalian, ada yang mau ngga? Bule loh.. Tenang aja yang disekitaran sini semuanya baik kok, tapi ya kadang suka usil aja sedikit hehe” Sambil ketawa & kita langsung mudeng dengan semua sosok yang dimaksud.

“Jangan lewat taman dulu, soalnya terlalu rame disitu coba ya mba muter lewat sana dulu” – sambil jalan menuju lorong setelah dapur – “Kalo disini juga hawanya lumayan negatif biarpun ada yang ngejaga lumayan kuat, yang satu kakinya bukan kaki manusia yang satunya lagi suka merhatiin kalian kalo lagi kerja. Untung kalian gabisa liat ya.. kalo bisa liat saya gabisa bayangin soalnya dia tuh yang lagi disitu lagi dipelototin di depan mukanya persis sambil diketawain Seketika temen ane yang ditunjuk itu, langsung ngumpat dan lari ke gerombolan study tour ini. Gila.. dipelototin di depan muka ane sendiri gabisa bayangin gan, mau cantik apa jelek tetep aja bakalan semaput dalam hitungan detik.

Sampai pada akhirnya, si mba ini berhenti di depan gudang yang terkunci & sempet diem lumayan lama disitu. Kami langsung heran kan, daritadi cerita nunjukin ceriwis yowis tapi seketika bisa berubah diam. Kami tanya langsung, kenapa mba? Si mba noleh dengan mata yang berkaca-kaca sambil bilang, “Udah ya aku pulang sekarang aja, yang disini ini jahat banget”

Ada apa sebenarnya dengan sudut ruangan ini? Kenapa setiap kami merasa ada seseorang yang bisa membantu tetapi rahasia didalamnya tidak pernah bisa terkuak?

Part 9 - Menerka Logika

Semarang, beberapa hari yang lalu ane terduduk diam di bangku kerja tempat ane bekerja sekarang ini. Meja yang penuh dengan corat-coret ide ide konyol seputar dunia ekspor-impor sungguh memaksa ane untuk segera merealisasikannya dalam bentuk yang nyata. Ya begitulah hidup sebagai karyawan kantoran, 1 X 24 jam dalam sehari seakan masih belum cukup rasanya bagi ane. Ketika rekan-rekan yang lain memilih untuk pulang & beristirahat.. Ane sendiri masih ngeyel untuk stay di kantor demi deadline konsep pribadi yang tentunya akan menambah pundi-pundi penghasilan kedepannya ( Amin! Sekalian berharap dapat uang tambahan lembur gitu, bos baca bos hehe).

Jujur ane lebih nyaman aja jadi pekerja di malam hari, karena disinilah waktu-waktu untuk fokus bisa didapat. Karena keasikan bekerja inilah yang terkadang memang membuat orang menjadi lupa waktu. Kondisi inilah yang membuat ane pribadi lebih sering stay di kantor sampai semua urusan kerjaan kelar. Ditambah lagi, kesibukan lain yang hampir sebulan ini ane lakuin di sela-sela jam lembur ane (nulis Diary Misteri). Delapan part sudah terlalui, tapi memang ane akui ada beberapa kejadian unik saat ane menulis part kedelapan. Menjadi sebuah alasan pribadi, kenapa ane berhenti sejenak dari cerita ini.

...
"Pulang dulu ya Genta.." Suara-suara temen kerja ane yang ane denger setiap jam setengah 6 sore beberapa hari ini. Dipamitin itu jujur rasanya ga enak banget, kenapa? Karena setiap ngeliat pintu kantor di belakang udah kebayang banget habis ini bakalan pusing mikir & lebih mantepnya lagi SENDIRIAN haha. Tapi ya mau gimana lagi lah, udah kewajiban yang harus dijalani. Oh ya jarak kost ane sama kantor itu deket banget tinggal jalan kaki 5 menit nyampe, jadi sebelum lembur ane sempetin dulu tentunya buat mandi di kost dll. Pokoknya yang perlu kalian tau ane udah ready lembur di kantor gitu aja ya? Hehe

Sekitar jam setengah 7 malem gitu ane udah ready buat lembur, tidak lupa beberapa bungkus Sari Roti + susu botol tentunya yang selalu setia menemani ane di depan monitor. Pokoknya sampai detik itu ane berasa kaya pekerja multi-tasking beneran deh hehe. Kerjaan demi kerjaan mulai terangkum rapi sambil sesekali ane tulis part 8 dari cerita ini. Ada ga sih dari kalian yang ngerasa sering parno waktu lagi ngerjain aktivitas sendirian? Ya setidaknya hal-hal tersebut terjadi kepada ane malem itu.

Gludak.. Gluduk.. Gludak.. Gluduk..

Suara dentuman terdengar dari lantai 2 kantor ane, ane yang udah terlanjur fokus berusaha untuk tetap positive thinking. Anggap saja lah ya itu suara tikus yang lagi kejar-kejaran. Karena samping meja ane persis itu tangga ke lantai 2, ga sedikitpun ane ada niatan untuk mengalihkan pandangan ane dari layar laptop. Jujur aja ya.. setegar-tegarnya ane selama ini, yang namanya parno itu pasti ada. Apalagi kondisinya lagi nulis cerita kaya gini ya?

Tulisan demi tulisan ane rangkai, suara tadi ga kunjung juga berhenti hampir selama 2 jam. Dalam hati, ada juga rasa penasaran buat naik ke lantai dua untuk mencari tau atau seenggaknya yah ngambil sapu terus nyodokin ventilasi biar suara itu cepetan ilang. Tapi karena pikiran udah kemana-mana, bayangan ane udah ke yang ada anak lari-lari lah.. atau mungkin sesuatu yang menggeliat-liat. Let it go.. mungkin karena saking pengen cepet ngelarin cerita kali ya.. ane jadi ga terlalu peduliin suara tadi. Biarpun kenyataannya suara tadi malah makin kenceng & menderit-derit tepat diatas kepala ane. Terkadang juga rada pelan seperti orang jalan, tapi ane sendiri masih mikir posthink aja ga bakal terjadi apa-apa.

Waktu menunjukkan pukul 12 lebih sedikit. Dengan mental yang berpura-pura baja, akhirnya kelar sudah tulisan part 8 cerita Diary Misteri berjudul vakansi ini (sambil ente ingat-ingat lagi ya apa aja yang ane ceritain disana). Hawa kantor mendadak bisa berasa sumpek banget padahal AC nyala pas di depan ane. Percaya ga percaya ane sampai buka beberapa kancing baju ala om-om hidung belang gitu. Ga ada mikir aneh-aneh lagi deh pokoknya karena setelah ane posting ke Kaskus & print beberapa draft kerjaan, ane bakalan langsung balik ke kost buat istirahat.

Huuu.. uuuu.. Huuu.. uuuu.. Huuu.. uuuu..

Sambil beberes barang-barang ane di meja, samar-samar terdengar suara isakan-isakan di sekeliling ane. Semoga cuma perasaan ane aja kali ini. Soalnya sebelah kantor ane itu rumah kosong & belakang kantor ane adalah lahan kosong. Jadi persepsi tentang punya tetangga ataupun KDRT ane buang jauh-jauh, dengan kata lain sekarang ane adalah sesosok manusia yang mungkin hanya sendirian di sebuah ruangan (sama seperti kalian sekarang). Setelahnya ane beranjak dari meja kerja & mengunci semua pintu di dalam kantor. Dan ginilah ga enaknya pulang terakhir harus checking satu-satu. Waktu ane sampai di dapur buat ngunci pintu belakang, suara isakan tangis tadi malah makin terdengar jelas. Karena udah berada di 1 spot dengan sumber suara, ane coba mastiin sambil merem sedikit-sedikit memastikan bahwa suara yang ane denger ini harus jauh dari persepsi awal ane.

Huuu.. uuuu.. Huuu.. uuuu.. Huuu.. uuuu.. (jangan sampai kalian mendengar suara yang sama sekarang, cukup ane aja)

Antara shock & kaget, disitulah ane yakin 100% kalo suara tersebut memang suara CEWEK NANGIS macam meminta tolong gitu. Mungkin bakalan beda kalo ane masih ada di kantor lama ane dulu, seenggaknya disana masih banyak orang biarpun malem. Tapi sekarang? Yaaa.. ane sendirian dengan segala memori mencekam yang barusan ane tulis plus suara orang nangis yang jelas banget! Sontak ane langsung mundur teratur & mengunci pintu dapur belakang. Diambil tas ransel ane dan mencoba memasang mindset HARUS BERANI sambil ngeloyor keluar kantor. Tantangan terbesar selanjutnya adalah ngunci pintu depan (pintu kaca, jadi ente bisa liat dalem sampai lantai 2 nya). Dengan muka tertunduk ane coba kunci tuh pintu, tapi yang namanya orang panik hal simple pun jadi keliatan lama. Samar-samar ane rasain ada yang perhatiin ane dari lantai 2, tapi fix kali ini ane gamau liat. Langsung setelah ane kunci pintu depan, ane ngelompat pager & jalan cepet ke kostan.

Paginya ane sempet bertukar pesan di LINE sama temen, dia ini kebetulan masih kerabat sama Mba Indigo yang waktu itu pernah main ke kantor ane yang lama & ngasih study tour singkat. Ane cerita tentang kejadian semalem ke dia, dan dia langsung nyuruh ane buat ngobrol langsung tentang masalah ini ke beliau (bahkan sampai saat ini saya sering sharing dengan beliau tentang sejarah dilihat dari segi supranaturalnya). Tanpa basa-basi ane langsung nanya aja kan, dan ane masih ngeyel dengan pemikiran ane bahwa kejadian semalam itu hanya murni halusinasi ane di posisi orang yang mentalnya sedang kelelahan. Atau mungkin hanyalah ketakutan yang ane ciptain sendiri?

“Nggak kok dek, kejadian semalem itu memang bener adanya. Ada 1 yang dateng darisana, ga perlu aku sebut yang mana pasti kamu tau. Mungkin dia mau minta tolong ke kamu atau mungkin YANG BACA?”

Semua persepsi ane terbantahkan telak. Mendadak bulu tangan ane langsung merinding membaca pesen itu, ya sebenernya percaya ga percaya. Tapi kalo denger langsung dari orang yang memang “bisa” perasaan ane langsung kalang kabut. Ditambah lagi saat dia cerita tentang sejarah dari sosok tersebut, dan seketika ane langsung ngerti pesan apa yang sebenernya akan disampaikan. Tapi kembali lagi ane memposisikan diri ane sebagai manusia biasa yang tidak mau bertindak jauh diatas kemampuannya & kembali berpikir menggunakan logika. Biarlah pesan ini tetap menjadi misteri sampai waktu yang mengungkapkannya semua.

Akan selalu banyak misteri di kisah ini yang tidak bisa diungkapkan oleh manusia biasa. Tetapi dengan terjalinnya komunikasi antara ane dengan Mba Indigo disaat ini, seakan memaksa kembali semua memori di kepala ane untuk flashback di saat kita pertama kali bertemu & beliau memperkenalkan kami kepada yang tak kasat mata
[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
Si mba ini jalan ke ruangan tengah sambil nunjuk ke dapur, “Dulu disini ada yang jaga, baik sebenernya tapi sekarang dia udah pindah keluar” Dan yang seperti kita tahu, sosok itu adalah the legendary religious grandma!

Dilangkahkan kakinya menuju ke arah tangga, dan bilang “Nah kalo disini penunggunya usil” sambil ngeliatin ke arah WC. “Ada satu lagi di ruangan itu yang ada kamar mandinya, ada satu yang ngumpet ga pernah keluar dari kamar mandi itu mungkin dia takut sama penunggu lainnya, minta dibebasin. Terus yang lagi sama kita ini ada anak kecil, ganteng tapi tangannya panjang” tangan mba ini sambil ngelus-ngelus gitu. Ngebayangin kitanya kalo si anak tadi emang lagi di pelukan si mba sambil ngeliatin kami.

Seketika kami terhenyak saat apa yang dibicarakan si mba ini memang benar adanya, ditambah lagi penghuni baru yang masih belum kami tahu sebelumnya. Jadi memang benar selama ini yang kita lihat memang benar adanya. Kalo memang itu yang dijelaskannya, untuk yang usil & belum nampak, pleaseee kami udah ga minta lagi.. Cukup yang kemarin-kemarin aja, dan itupun jangan sampai nongol lagi.

Sampai pada akhirnya, si mba ini berhenti di depan gudang yang terkunci & sempet diem lumayan lama disitu. Kami langsung heran, daritadi cerita nunjukin ceriwis yowis tapi seketika bisa berubah diam. Kami tanya langsung, kenapa mba? Si mba noleh dengan mata yang berkaca-kaca sambil bilang, “Udah ya aku pulang sekarang aja, yang disini ini hitam banget”

“Apanya yang jahat? Perasaan dari dulu ga pernah ada yang aneh sama tempat ini selain cuma terkunci aja.. Malahan yang lini tengah tuh usil semua. Kalo memang orang yang “bisa” aja bilang kaya gitu dengan raut muka ketakutan berarti memang bukan kelasnya manusia biasa” Pikir kami dalam hati waktu itu.

“Apapun yang terjadi kalian gausah terlalu penasaran dengan isinya, apalagi ngintip-ngintip lewat situ. Tempat ini punyanya yang kuasa di tempat ini. Anggap aja ini emang ruangan yang emang ga bisa dipake” dengan nada yang agak tinggi.

Kami pun Cuma bisa mengangguk-angguk tanda mengerti, karena dengan nada suara yang sudah seperti itu mana mungkin kita bertanya lagi? Sehitam itukah sehingga sosok yang dibilang penjaga baik pun bisa sampai pindah keluar? Apakah sedang berkecamuk perang antara blok barat dengan blok timur? Ah ya udahlah, toh kami juga sekedar tau aja ga mau terlibat lebih dalam lagi kalo memang tidak diijinkan - tetapi sejak awal kami pindah, entah mengapa kami tidak pernah ada pikiran untuk mendobrak atau menggunakan ruangan tersebut karena memang ukurannya yang tidak terlalu besar & kondisinya sudah terkunci di awal –

Seperti enggan berkomentar, si mba tadi memutar arah kembali menuju ruang tamu. Memang sepertinya ada yang aneh ya? Tapi apadaya sebagai manusia biasa yang tidak pernah bisa tahu komunikasi apa yang telah terjadi diantara mereka. Mau menerka juga udah pasti salah, mau penasaran juga takut akan konsekuensinya. Yang pasti pesan dari mba tadi hanyalah, mulai sekarang mulai berjagalah tutur sapa kalian dalam berperilaku sehari-hari. Karena ya kalian tau sendiri yang baik-baik lagi ga ada di tempatnya. Yang bisa menjaga diri kalian, yaaa.. kalian sendiri, iman & keberanian kalian yang selalu bareng-bareng ini. Jangan lupa ibadahnya juga ya - begitu juga kalian yang sudah tidak kuat membaca ceritanya, mendingan lambaikan tangan ke kamera dan lanjutkan besok pagi hehe –

Dan setelah si mba tadi berpamitan pulang, tidak ada pembicaraan lanjut dari kami tentang studi tour misteri tadi. Seakan ya sudah sekarang kami tau ada siapa-siapa aja disini, kami minta permisi buat ngelanjutin aktivitas lagi, dan mohon jangan diganggu sampai kami menyelesaikan aktivitas kami. Walopun sebenernya mindset sosok-sosok tadi masih terngiang tapi kami memilih untuk bungkam. Tak terkecuali juga bagi ane dan beberapa rekan yang ruangan kerjanya berdekatan dengan ruangan yang disakralkan tadi. (bahkan ane yakin pembaca yang belum pernah melihat pun juga masih terbayang-bayang akan sosok tsb). skip.. skip.. skip..

Dan setelah itu kembalilah lagi kita menuju aktivitas kreatif tiada akhir di bulan ramadhan. Ane masih inget bener kalo ga salah waktu itu kita lagi sibuk-sibuknya garap instalasi buat suatu projek. Jadi ya keterampilan tangan diasah kembali, masih mau ingat-ingat yang ngeri-ngeri? Ah mending juga ikutan belajar buat instalasi ya.. secara tim ane waktu itu yang buat konsepnya (bukan eksekusinya). Sayang kalo ga ikutan belajar eksekusinya sekalian. Dan kebetulan waktu itu perkuliahan udah mulai libur karena menjelang puasa, jadi daripada gabut di Magelang ane milih stay di jogja aja buat belajar hal-hal baru diluar kuliah.

Sore harinya dengan semangat mahasiswa selo 45, ane parkirin motor ane di parkiran motor. Yah kondisi yang sangat mendukung karena kantor waktu itu terlihat sangat ramai & sore hari sudah ada yang memulai rapat divisi. Kalo keinget rapat jadinya keinget tanggungan, tapi sekali lagi hari itu ane dateng Cuma buat instalasi aja. Dari luar ane udah lihat si Winandra mondar-mandir bingung di ruang tengah. Winandra ini adalah eksekutornya gan, secara emang bidang devisi dia buat mengeksekusi proyek ini.

“Win.. udah sampai mana progresnya?” Tanya ane ke doi

Dan si doi ini masih mondar-mandir kebingungan sambil nyari-nyari sesuatu, biasalah kalo orang lagi pusing emang aneh. Ngeliat reaksinya si Winandra yang lagi bingung, ya udah ane sekalian aja jalan ke ruangan dia buat ngeliat langsung progressnya udah sampai dimana gitu. Dan ga ada 10 detik ane jalan ke ruangan dia, ane terkejut.

“Gimana Gen darimana aja? Bagi rokok plis, pusing banget aku kerjaan banyak gini” Tanya Winandra ke ane.
Laaahh.. barusan yang ada di ruangan tengah itu siapa? Toh selama perjalanan ke ruangan ini ga ada ane liat dia lari dari arah manapun ke arah ruangan. Apa ini yang waktu itu dialami sama Mas Umar waktu kejadian ngeliat kembaran ane? Well.. perasaan curiga & takut waktu itu memastikan mana yang asli sama yang engga.

“Wah rokok ku tinggal sebatang Win, barengan aja ya?” Tanya ane memastikan, soalnya ane tau respon dia biasanya dengan kondisi seperti ini.

“Jangan Gen, aku pusing banget udah sini rokoknya aku beli aja” Jawab dia seperti biasanya.

Dan ane yakin Winandra yang ada di ruangan ane sekarang ini adalah yang asli, lalu siapa yang ane liat di ruangan tengah tadi? Yah anggep saja itu bonus, ane juga gamau asal nyeletuk karena kebetulan isu mistis sudah agak berkurang waktu itu. Simpan dalam hati saja, toh ngeliat wujudnya juga Cuma temen sendiri kan ya? Walaupun dalam pikiran ane siapa sih sebenernya yang “disini” bisa jadi orang-orang *sambil nyalain rokok yang diumpetin & ngecheck progress instalasi tadi* *mengabaikan kejadian tadi hingga malam tiba*

Sekitar jam 22.30 progress yang kami buat agak mengecewakan, karena kekurangan tenaga kerja jadi ya anggep aja ini cicilan sedikit biar besok-besoknya ga capek. Si winandra yang tampak paling bekerja keras hari ini tewas duluan di ruangannya. Okelah kasian juga kalo dibangunin, udah biarin tidur aja. Terus ane menyambangi ruangan sebelah ada Mas Sukma & Pondro yang lagi asik main PES. Wah seru juga ya kayanya kalo sebelum pulang kompetisi PES sebentar dulu, leh uga deh..

“Bro, aku mau ke Indomaret ada yang mau titip ga?” Tanya ane ke temen-temen

“Apaan ya bro? Rokok ajalah, Marlboro merah, uangmu dulu” Jawab Mas Sukma

Ane langsung ngeloyor keluar & kondisi lagi sepi banget nih tumben. Langsung ane tancap gas ke Indomaret buat beli makanan & minuman ringan. Di Indomaret ane sempet takut buat pulang gan, soalnya diluar sana banyak penampakan ladies-ladies siap berdansa nanti kalau ane diculik gimana? Hahaha becanda.. Lanjut ane balik ke kantor & langsung bikin mie instan cup yang habis ane beli. Selama di dapur ane ga berani noleh ke belakang soalnya takut waktu balik badan ada yang ngetawain pas di depan muka ane (agan bayangin sendiri kalo legendary grandma ada di belakang kelapa ente siap-siap buat ngetawain ente gimana rasanya). Sampe-sampe buat keluar dapur aja ane sempet merem waktu itu, sumpah hahaha.

Balik lagi ke ruangan belakang dimana temen-temen ane berada. Kondisi agak sunyi karena suasana gak begitu ramai, Cuma ada 6-8 orang. Sambil nunggu pop mie mateng & giliran ane buat main, ane duduk di teras ruangan depan taman. Entah kenapa waktu itu ane berani duduk disitu sendirian, ya mungkin karena temen-temen ane ada di belakang ane persis kali ya. Ente tau kan gimana kalo anak-anak main PES & disuruh gantian, pasti bilang 1 pertandingan lagi ya.. 1 pertandingan lagi ya.. sampe bosen nunggunya. Ane makan nih pop mie tanpa belas kasihan saking keselnya nunggu. Waktu ane kelar makan & buang ke tempat sampah, terdengar suara ...

Bruuuuuuuuuukkkkk.. kenceng banget suaranya

Ane ngelirik ke temen-temen di belakang, kok kayanya ga ada yang denger. Tapi suara itu dateng Cuma sekali aja, ane ga mikir ke yang aneh-aneh ya karena bisa jadi itu maling yang lagi ngincer pas kondisi sepi. Ga semuanya juga ane sambung-sambungin dengan mistis, karena sesungguhnya manusia lebih menakutkan daripada hantu hehe.

Duuukk.. Duuukk.. Duuukk.. Duuukk.. suara yang terdengar tadi sekarang seperti suara benturan tangan ke lantai

Udah feeling ane enggak enak kalo sekarang, ane yakin banget semenjak masuk kantor tadi kondisi ruangan depan itu sepi banget Cuma ada 2 orang dan mereka pun orangnya internet holic yang jarang beranjak dari mejanya. Tuduhan ane langsung ke temen ane yang mungkin ngusilin ane nih pas lagi duduk sendirian dan mereka pas banget ngisenginnya ngumpet dibalik papan kecil yang jaraknya Cuma 3 meter di depan ane.

Ane ngeliat ada geliatan-geliatan putih di lantai, macam orang diiket yang berusaha melarikan diri gitu (ente bisa tebak). Waktu liat itu ane masi menerka-nerka siapa ya yang kira-kira iseng ini, dan langsung ane balik badan lari ke ruangan belakang karena ane yakin temen-temen ane yang iseng lagi ga ada di kantor semua. Ane tarik-tarik pundak temen ane yang lagi maen PES di komputer sambil berteriak pelan.

“Mas.. itu apa mas..” sambil ngelirik sedikit untuk memastikan objek tadi masih di pandangan ane. Sambil ane paksa mereka buat tiduran di lantai.

“Apa sih Gen.. Apaaa?” Tanya Mas Sukma kebingungan

“Itu lho mas.. Ituuu.. Poci” hanya dengan jarak 3 meter pas ane nunjuk itu benda, benda itu noleh dengan wajahnya yang hitam bermata putih masih menggeliat-liat di depan kita.

“Apa itu Geeenn.. Hitungan ketiga kita lari bareng-bareng ya?” Respon Mas Sukma & Pondro yang kebetulan juga mendapat bonus malem itu.

“1.. 2.. 3..” Dan akhirnya kita lari ngungsi ke ruangan yang ada orangnya sambil teriak kaya anak kecil. Sesampainya di ruangan kita langsung cerita ke temen-temen apa yang kita lihat, karena suara dentuman tadi masih terdengar jelas.. temen-temen ane langsung percaya aja sama cerita kita dan kita semua tiduran sambil pelukan satu sama lain biar takutnya kebagi satu sama lain.

Malam ini belum berakhir begitu saja


Part 10 - Ekspansi Visual

Sejatinya sudah lumayan lama kita semua bisa tinggal tenang hanya dengan gangguan-gangguan minor yang tidak terlalu kita gubris tentunya. Toh biarpun kita berharap agar gangguan-gangguan tersebut berhenti, tetap saja mereka akan selalu muncul dalam keseharian kita.. So face it asal ga nampakin diri aja it’s okay. FYI, dalam cerita ini ane hanya nyeritain part-part terfrontalnya saja untuk part-part minor memang sengaja ane skip (bisa jadi banyak part kalo diceritain semuanya hehe). Dan kembali lagi ke insiden terakhir ...

“Mas.. itu apa mas..” sambil ngelirik sedikit untuk memastikan objek tadi masih di pandangan ane. Sambil ane paksa mereka buat tiduran di lantai.

“Apa sih Gen.. Apaaa?” Tanya Mas Sukma kebingungan.

Sadar atau tidak sadar percakapan singkat seperti diatas tadi memang sudah lama tidak terdengar dari mulut kita. Mungkin saking lamanya kita ga ngeliat hal-hal frontal macem gitu, malah membuat kami sendiri bertanya-tanya sendiri tentang apa yang baru saja kita lihat. Sekali kucek mata kok tetep aja ga ilang, dan memang benar adanya mereka kembali lagi. Sebuah bungkusan putih memanjang, bergerak menggeliat, dan sontak menatap kami dengan wajah yang memang tidak bisa dijelaskan lagi.. sukses membuat kami bertiga lari terbirit-terbirit.

Satu pertanyaan yang terbesit di pikiran kami waktu itu, apakah mereka kembali lagi menunjukkan eksistensinya? *dan tentunya masih terngiang jelas wajah sosok yang barusan ane liat tadi*

Ternyata pertanyaan tersebut tidak hanya tersimpan di benak ane, Mas Sukma, dan Pondro. Nasib serupa juga terjadi sama temen ane yang lagi kerja di ruangan depan dengan timing yang bisa dibilang berbarengan. Disini ada temen ane yang namanya Veda & Indra. Jadi waktu kita semua ada di belakang, dua temen ane ini lagi sibuk berdiskusi soal kerjaan mereka. Biasa lah ya, kalo kerjaan emang lagi serius-seriusnya biasanya kita lebih memilih mencar dari keramaian biar bisa fokus.

No computer, no entertainment, semua murni hanya listingan to-do list sama lembaran laporan di hadapan mereka berdua dengan kondisi super suntuk pikirannya. Ane jelasin sebelumnya yah, 2 orang temen ane ini orangnya krik-krik & ga rame, bahkan kalo ane terpaksa kerja bareng juga ane ga bakalan betah karena sepi hehe. Jadi bisa dibayangin ya, kondisi ruangan waktu itu dengan diisi 2 orang yang kalo ngomong seperlunya aja.

Lembar demi lembaran mereka coret-coret demi laporan progress yang harus dipresentasikan besok ke manajemen. Masih tanpa sepatah kata yang terucap dari mereka berdua, karena mungkin saking “spaneng” nya. Beberapa detik kemudian diantara keheningan di ruang tersebut, tiba-tiba computer yang sejak awal dalam kondisi mati nyala dengan sendirinya. Pikir mereka alah mungkin karena listrik naik / turun atau apalah ya, jadi bisa nyala sendiri gitu.. dan mereka tetep lanjut tanpa ngegubris computer tadi. Tapi sejenak fokus mereka terhenti, karena apaaa?? Ya karena mouse computer itu mengeluarkan suara ngeklik-ngeklik dengan sendirinya! Jelas tiba-tiba kejadian saling pandang terjadi, dan waktu mereka noleh bebarengan ke arah suara tadi … mouse tadi bergerak-gerak dengan sendirinya! Perasaan campur aduk antara sedikit takut & cuek diantara mereka berdua.. tetep lanjut atau perhatiin kejanggalan tadi dengan seksama.. tapi ane yakin di dalam lubuk hati mereka yang paling dalam mental mereka sudah kacau balau.

Dan benar adanya, disaat pikiran mereka sedang berkecamuk antara berani atau enggak.. salah satu pintu di ruangan itu (ruangan yang ada bathtubnya) yang konon emang jarang dibuka, terbuka sedikit dengan sendirinya. Cerita demi cerita yang sudah beredar tentang apa & siapa dibalik ruangan itu (ane gabisa jelasin tapi bisa ente inget-inget lagi dari cerita sebelumnya), tentunya membuat Veda & Indra langsung lari dari ruangan tersebut melewati ruangan tengah dan berlari menuju gerombolan kami di belakang. Dan seketika pelarian singkat itu, si Indra sempet terhenyak sebentar. Bukan karena dia melihat sesuatu, tetapi tepat di depan muka Indra waktu itu ada seperti sesuatu yang menahannya dan tertawa keras tepat di depan mukanya …

“Ha..Ha.. Ha.. Ha.. (nada suara wanita tepat di depan muka indra tanpa tampak wujudnya)”

… cukup membuat Indra terhenti sejenak & berlari lagi. Karena menurut penuturan Indra, ini first experience buat dia ngalamin hal ini. Baru sekali ini Indra & Veda tampak panik di kantor, sampai berlari-lari lagi. Dan sesampainya di ruangan belakang berkumpulah sudah loser-loser sok berani yang baru saja mengalami hal-hal yang sudah sempet vakum muncul di lingkup kantor. Cerita demi cerita mencoba kita satukan kembali dan memang satu benang merah yang bisa kita simpulkan bahwa “keluarga tak kasat mata” kembali mengunjungi kami.

Akhirnya karena semua temen-temen ane ngerasa agak sedikit parno gara-gara kejadian tadi, kita memutuskan untuk bermalam di satu ruangan saja waktu itu. Cukup kaget & takut memang, karena kondisi kantor yang ga begitu rame plus kita udah terlalu lama vakum ngeliat begituan. Kita gelar kasur & mencoba menghibur diri bersama, mencoba melupakan kejadian tadi walopun sebenarnya masih cukup mengganggu pikiran kita. Dengan kondisi berame-rame dan mencoba menenangkan diri untuk tidur. Walopun sejuta pertanyaan tentang "kembalinya mereka" masih terngiang di benak kami.




[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
 
Lewat mimpi mungkin ane bisa sedikit bervisual.

Akan tetapi, jangan terlalu diilhami terlalu dalam & sapalah "mereka" yang mungkin sedang ikut membaca cerita ini. Karena percaya tidak percaya setiap kita mencoba berinteraksi dengan mereka, mereka dengan tanggap akan memposisikan diri di samping anda sekarang.

Berat untuk membuka mata, antara perasaan takut & cemas tentunya. Ane merasa ada sesosok wajah yang sedang menanti-nanti waktu dimana ane membuka kelopak mata ane. Dan benar saja, ketika ane terbangun.. Ane berada di ruang tamu dengan kondisi gelap gulita. Jika ini memang mimpi tolong bangunkan ane sekarang juga!

Tapi seolah dipaksa untuk masuk lebih dalam lagi, suara ribut-ribut di halaman depan memaksa kepala ane untuk menengok keluar. Pandangan samar-samar karena kondisi yang sangat gelap waktu itu, ada beberapa anak kecil sedang berlarian di halaman depan nampak di depan pandangan ane. Anak siapa nih ya, pikir ane waktu itu.. dan ada satu yang aneh, yang cukup menyita perhatian ane di alam bawah sadar ane sekarang ini. Beberapa anak kecil tadi berjalan mundur & menembus tembok! Apakah ini semua memang nyata adanya biarpun hanya di dalam mimpi saja?

Takjub dengan pemandangan tersebut, perasaan ane makin kacau waktu itu. Gimana kalo anak kecil tadi lari mundur ke arah ane? Gimana kalo ane ditarik sekarang dan diajakin main? Atau mungkin masih ada anak-anak lain yang lari dari belakang & bisa nembus ane? Bisa ente bayangin sendirilah gimana dikejar sama begituan yang jalannya mundur.. Sergap ane langsung beranjak dari ruangan tamu untuk menyusuri setiap sudut ruang mengharap keberadaan temen-temen ane yang memang sepertinya tidak akan pernah ane temukan lagi

Baru beberapa langkah ane berjalan, pandangan ane tersita ke arah tangga melihat seorang wanita berparas cantik menaiki dan menuruni tangga berulang kali. Apakah ini ajakan untuk ane melangkah bersama wanita tersebut menaiki tangga & menemukan clue tentang apa yang ada diatas sana? Wajar jika pemikiran tersebut sempat terbesit di dalam naluri laki-laki ane, mengingat mimpi-mimpi jaman dulu hehe. Karena memang tidak ada yang aneh dari sosok tersebut dimata ane waktu itu. (Walopun dalam perjalanannya, ane tau jika sosok tersebut hanyalah tiruan yang menyerupai saja, istilah jawanya "Mendo-Mendo")

Sempat memilik niat untuk menyusul sosok tersebut, ada satu pemandangan yang terlewat dari mata kepala ane. Satu sosok yang tentunya mempunyai kesan tersendiri bagi ane, menyelinap mengintip dari balik kamar mandi gelap yang sebelumnya sudah berasa sangat pengap dan memancarkan aura yang sangat angker. Kadang terisak, kadang tertawa yang selalu menimbulkan kesan tersendiri kepada setiap orang yang merasakan kehadirannya.

Dari tatapan matanya bisa ane artikan, "kamu jangan berani-berani lewat sini!" Sontak ane terkejut karena sosok tersebut memang suatu sosok yang cukup buat nyali ane ciut. Lalu ane berjalan melewati dapur & meyusuri lorong panjang tanpa penerangan sedikitpun. Dimanakah temen-temen ane disaat lagi mencekam kaya gini? Berjalan ane menuju ruangan divisi ane untuk mencoba mencari rekan-rekan yang lain. Baru sempat berbelok sedikit, sebuah bayangan tinggi besar menghadang pandangan ane. Untuk pertama kalinya ane ngeliat satu sosok yang selama ini banyak diperbincangkan, langsung dari mata kepala ane sendiri. Tidak banyak deskripsi yang bisa ane berikan disini, hanya sosok tinggi besar berwarna hitam bahkan saking tingginya mungkin dia sampai agak menunduk mengisi ruang di langit-langit. Dengan pandangan penuh amarah dendam & rupa yang memang sudah tidak bisa dijelaskan lagi, membuat langkah ane gentar.. terlalu mengerikan! Sampai semua bulu kuduk ane berdiri bahkan kaki langsung melemas. Seolah dia menghalangi langkah ane untuk berjalan lebih lanjut lagi menuju suara keramaian di halaman tengah yang masih ane penasaranin.

Seketika ane berbalik untuk lari, dibalik ane sudah menanti sosok religious grandma.. yang seolah sudah mengamati ane dari awal hingga perjalanan ke ruangan ini. Memandang ane & memberikan senyum kecil sambil berkata

“Ngopo koe ning kene? Bali saiki! (Kenapa kamu disini? Pulang sekarang!)
Dan ane pun terbangun dari tidur ane, entah memang rangkaian mimpi itu sudah dirangkai atau tidak yang jelas mimpi tersebut sudah menjelaskan ada apa & siapa di balik bangunan ini.

Apakah kata-kata dari nenek tadi adalah peringatan untuk saya untuk tidak masuk terlalu dalam ke hal-hal yang ada di ruangan tersebut?

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 2 pemuda (stranger bukan salah satu karyawan disitu) datang menghampiri kantor kami. Ya waktu itu kantor kami sempat mengadakan event kecil-kecilan untuk umum di halaman depan kantor macam garage sale gitu. Dimana kami tidak ikut andil besar dalam acara tersebut, hanya sekedar provide konsep acara & tempat.. dan sisanya adalah partisipasi dari orang luar untuk meramaikan acara.

Beberapa terpal sudah terpasang dan stand-stand di area booth sudah siap untuk didekor masing-masing peserta garage sale. Tentunya hari yang melelahkan untuk kita semuanya yang sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk event itu, dan dalam kejadian ini ane akan mengambil sudut pandang dari orang lain yang datang untuk mengisi acara, bukan dari ane atau temen-temen ane.

Sebut saja 2 orang tadi bernama Nadine & Rico. Jadi Nadine & Rico ini salah satu peserta event kami. Mereka sengaja memang untuk loading barang waktu malam hari biar besoknya tinggal dekor aja di area stand mereka. Dan pilihan yang diambil oleh mereka ini sebenarnya salah kalo mereka kejadian-kejadian janggal di malam hari, tapi karena mungkin stranger jadi gapapa lah yaaa..

Ditarohnya barang-barang mereka di ruangan yang memang sudah disediakan untuk para peserta. Kesan pertama mereka saat memasuki kantor kami memang biasa saja, tidak ada yang aneh, cuma mereka merasa agak panas saja. Toh mereka juga tidak melihat sesuatu yang janggal hanya lalu-lalang karyawan saja yang sedang beraktivitas. Tanpa ada pikiran horor sama sekali.

Ga panjang lebar, cukup seperlunya saja 2 orang ini datang ke kantor kami lalu berpamitan pulang. Sampai di gerbang kantor, sebelum mereka membuka pintu mobil ada sepasang kakek nenek yang sedang duduk berdampingan serta mengenakan jubah serba putih – putih. Karena memang tidak ada mindset apapun tentang hal-hal berbau mistis, 2 pemuda tadi hanya berjalan melewati sosok tersebut dan menyapa

"Monggo mbah, kula wangsul rumiyin" (permisi mbah saya permisi pulang dulu)

Si nenek yang sedang duduk sambil memakan daun sirih hanya tersenyum kecil. Dan si kakek hanya tertunduk tanpa menggubris 2 orang pemuda tadi. (konon dari pengakuan lain, mata si kakek ini berwarna merah menyala. Dan sosok ini memang hanya menampakkan dirinya kepada orang-orang tertentu saja)

Akankah eksistensi mereka akan muncul di hadapan khalayak banyak di acara kemudian hari ... kepada mereka yang memang tidak ada sangkut pautnya dengan bangunan ini?

Part 11 - Tiga Belas Sejarah

Banyak kejadian yang sudah ane alamin selama menulis cerita ini, dan memang kebanyakan dari pengalaman yang sudah terjadi semuanya ada diluar logika nalar manusia biasa. Entah ini hanya kebetulan atau memang sudah disengaja, bagi ane pribadi.. sekali lagi semua ini terasa ajaib diantara percaya & ga percaya (bukan karena nyaman ya.. jujur kalo ane bisa berhenti, ane pengen banget berhenti sekarang juga).

Kedepannya ane ga bakalan memaksa pembaca untuk mempercayai sepenuhnya tentang apa yang bakal ane coba sampaikan, karena sekali lagi hal-hal yang sudah berbau metafisika (gaib) memang sangat sulit untuk dijelaskan. Ambil pelajarannya saja & jangan terlalu terbawa arus untuk “masuk lebih dalam”, melebihi apa yang akan ane sampaikan di sisa cerita ini.

Jujur aja selama ane bekerja di mantan perusahaan ane dulu, tidak sedikitpun ane atau temen-temen mencoba untuk mencari tahu tentang asal-usul bangunan tersebut. Bukan karena menutup mata & telinga, tapi semua kenyataan disana mungkin terlalu kelam bagi kami manusia biasa yang hanya bisa menebak tanpa sebuah titik pasti. Begitu juga awal ane nulis cerita ini, sedikitpun ane masih gatau banyak tentang sejarah bangunan itu.

Lebih baik untuk tidak tahu sama sekali, daripada menyalahi kodrat yang melebihi batasan. Bukankah begitu?

Perkenalkan, nama saya Langgeng. Kalian boleh mengenal saya dalam cerita ini, tetapi jangan pernah sekalipun kalian mencoba menyebut nama saya atau menebak persepsi tentang saya di kehidupan nyata. Karena sudah digariskan dalam persetujuan antara saya dan Ibu Suminah, beberapa manusia sudah dipilih untuk menceritakan kisah ini. Sebuah kisah yang sudah terkubur lama oleh waktu & mungkin sudah saatnya kebenaran harus diungkapkan.

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
13/13/13

Sekali lagi melalui sebuah keajaiban, ane diperbolehkan kembali melintasi ruang & waktu. Menuju ke banyak experience metafisika yang kemudian membukakan mata ane akan sisa cerita – Ya.. Entah bagaimana semua ini bisa terjadi, waktu itu ane bisa bertemu dengan seseorang pria berbadan tinggi, besar, dan tegap. Dengan rambut panjang hampir sepinggang. Satu sosok yang bisa ane bilang sangar, sesangar-sangarnya manusia deh pokoknya.

Dari kejauhan raut mukanya terlihat bahwa pria ini adalah orang yang ramah. Tetapi terkadang dia memberikan pandangan mata tajam ke ane waktu ane diem-diem perhatiin dia, (mungkin karena baru pertama kali ketemu ya) yang akan membuat ciut nyali seseorang seketika. Tambahan.. dibawah mata pria ini ada semacam codet hitam ala tentara gitu, jadi agak merinding disco juga waktu itu. Satu hal yang menurut ane agak janggal, karena di pertemuan ini ane bertemu dengan orang yang berpakaian adat seperti salah satu suku di Kalimantan. Sedangkan ane berpakaian normal apa adanya seperti orang jaman sekarang.

Clingak-clinguk ane bingung mau ngapain, ga mungkin juga ane yang salah kostum. Akhirnya ane beraniin diri buat datengin pria tadi sekedar buat tanya-tanya atau nyapa aja. Dan untungnya waktu itu bukan cuma ane aja manusia yang bisa dianggap “normal” di tempat itu. Dari arah lain, ane lihat ada dua orang manusia.. yang berpakaian normal tentunya.. datang menghampiri sosok pria tadi berbarengan dengan saya. Dan ya.. hari itu adalah hari pertama saya bertemu dengan satu sosok yang kemudian kita kenal baik beliau dengan nama Langgeng. Disamping itu, ada juga Om Hao & Mbah KJ (2 orang tadi) yang juga mendapati kesempatan untuk bertemu langsung dengan Langgeng.

Empat pria dengan latar belakang yang tidak pernah diketahui satu sama lain seperti sudah ditakdirkan untuk berkumpul menjadi satu. Intinya kami cuma sekedar ngobrol aja disitu. Dan setelah obrolan yang bisa dibilang sangat panjang untuk mengenal satu sama lain, kami semua menemukan satu kesamaan yang menurut ane sendiri super ajaib - kami semua lahir di tanggal yang sama, tanggal 13 hanya saja terpaut di tahun yang berbeda.

Entah ada apa dengan semua ini, tapi sekilas Langgeng berkata kepada kami semua, “Kalian ada disini, karena kalian adalah 13-13-13 sudah digariskan seperti ini. Dan saya akan membimbing kalian semua dalam perjalanan menyelesaikan cerita ini”

Tidak banyak percakapan yang sulit untuk kami artikan saat itu. Apa maksud & tujuan dari perkataan Langgeng, langsung dapat kami artikan secara cepat.

Lalu siapa sebenarnya Langgeng ini? Barusan ketemu sudah main menentukan saja..

Sepertinya pemikiran diatas sanggup beliau baca dengan cepat, beliau bercerita singkat kepada kami. Dengan penampilan yang berbeda sekarang, diapun juga manusia biasa seperti halnya kami bertiga yang mempunyai sisi baik dan buruk. Hanya saja beliau datang ribuan tahun lebih lama dari kita *WHAAATT*

Seketika itu ane sedikit berpersepsi kalo beliau memang bukanlah manusia biasa mungkin, malah sekilas lebih mirip seperti pertapa yang sangat bijak.. terlihat dari gaya penyampaian beliau. Beliau juga bercerita lagi bahwa dulunya beliau mengaku memilih jalan untuk mokhsa selama kehidupannya (semacam bertapa untuk sebuah keabadian kalo ga salah) untuk dapat bersinergi dengan alam. Dan banyak hal lain-lainnya yang kemudian membukakan pandangan kami tentang apa yang pernah terjadi di jaman dahulu di bangunan itu. Karena kebetulan Langgeng pun juga tinggal di bangunan itu sampai sekarang. Langgeng menunjuk kami bertiga untuk mengeksekusi apa yang beliau & satu sosok bernama Ibu Suminah coba sampaikan.

Ditunjuk jarinya ke arah ane oleh beliau, “Kamu sudah terpilih sebagai eksekutor utama dalam semua perjalanan ini” jujur waktu itu ane ngerasa takut banget! (sampai sekarang). Ampun eksekutor apalagi.. dari awal ane udah coba buat ga nerusin lagi ini cerita kalo udah masuk ke hal-hal yang nyatanya lebih jauh lagi dari batasan ane sebagai manusia normal. Padahal di dalam lubuk hati yang paling dalam, ane juga ada lah rasa penasaran akan sejarah bangunan yang ane sendiri tidak pernah tau asal-usulnya.

Ketakutan adalah jelas sebuah kekacauan yang berkecamuk di dalam diri ane. Gimana kalo blablabla.. Gimana kalo blablabla.. banyak sekali kegundahan yang pengen ane sampaikan waktu itu. Tapi sekali lagi.. Baik Langgeng, Om Hao, dan Mbah KJ meyakinkan saya untuk mengambil amanah ini & Insyaallah semuanya akan baik-baik saja selama 13-13-13 mengikuti alurnya. Begitupula dengan Om Hao & Mbah KJ, merekapun juga ditunjuk oleh Langgeng untuk sebuah misi yang sama dengan tugas berbeda yang sama beratnya. Om Hao sebagai perantara / juru bicara antara manusia dengan penunggu astral di kantor lama ane (sehingga kedua belah pihak bisa saling mengerti), dan Mbah KJ sebagai sosok yang menengahi serta mengontrol kondisi publik (antara manusia dengan manusia). Sementara ane sendiri hanyalah butiran debu yang ga ngerti apa-apa & harus menyinergikan semuanya kedalam pesan tulisan. Dalam perjalanannya pun kita tidak akan pernah bisa bertemu langsung lagi hingga part 13 ditulis, dan tidak banyak obrolan diantara kami.. seperti semuanya sudah terhubung secara batin akan tugas ini. Mungkin saja penolakan adalah sebuah penghinaan untuk sebuah amanah kisah yang mungkin akan terdapat pesan moral di dalamnya, dan sekali lagi ... menjadi yang terpilih adalah sebuah tanggung jawab besar.

Di hari itu, bahkan jauh sebelum itu.. 13-13-13 semuanya sudah digariskan tanpa adanya kesengajaan – Sang Pembawa Pesan, untuk menyampaikan sebuah pesan & kisah yang nyata dari jauhnya batasan memori ruang dan waktu.

Dengan bantuan Om Hao & tentunya rasa penasaran ane yang tak terbendung, ane dibuang begitu saja ke dimensi lain, entah nantinya ane bisa kembali lagi atau enggak ane sudah ga peduliin lagi - semua pesan yang ane terima, ane coba buat visualisasikan dengan bahasa ane sendiri.

Yang ane inget jelas waktu itu, ane lagi tidur sandaran aja tuh di bawah pohon besar. Lengkap dengan suara hembusan angin & bisikan natural alam yang bisa ane denger samar-samar dari tidur ane. Tapi suara alam sepertinya masih kalah bising dengan suara lain disekitar yang membangunkan tidur nyenyak ane. Sial.. gatau orang lagi tidur apa ya main ganggu aja! Samar-samar ketika ane membuka mata yang masih setengah sadar ini, tebasan kapak & golok meluncur tepat di hadapan ane. Belum sempat menghindar karena kondisi yang masih setengah sadar, tebasan tadi seolah menembus kepala ane gitu aja. Herannya kok ane ga ngerasain sakit sama sekali, darah pun juga gada. Bahkan ane ngerasa orang-orang disitu malah sama sekali ga liat ane. Apakah ane waktu itu sudah menjadi bagian dari yang “tak kasat mata” juga? *gilaaa.. ane bisa gila lama-lama!* Ane celingukan sambil cek keadaan sekitar dan hampir sekeliling ane hanyalah sebuah tanah lapang dengan semak belukar & rawa di sekitar ane. Orang-orang di sekitar situpun juga berpakain aneh-aneh, apa ini lagi ngetrendnya ootd versi culture ya? (mengingat perjumpaan dengan Langgeng tempo hari). Seperti halnya manusia normal & sekedar memastikan keadaan, ane cek hape di kantong dan jelas tertulis di layar tanggal yang tertera adalah sekian – sekian – tahun 1950.

Seketika ane teringat dengan pembicaraan 13-13-13 tempo hari, apakah ini maksud dari semua pertemuan itu? Apakah ini peran ane sebagai eksekutor yang dilempar kesana-kemari demi sebuah catatan sejarah yang belum terungkap sampai saat ini?

Ya inilah daerah tempat bangunan yang ada di cerita yang ane tulis pada sekitaran tahun 1950 an. Tidak seperti sekarang ini, daerah ini waktu itu hanyalah daerah terlantar yang belum berpenghuni. Sekelompok orang terlihat sedang membersihkan area itu, sepertinya akan mulai dibangun peradaban di daerah ini. Sebuah pohon besar berdiri di tengah semak belukar dan rawa-rawa. Tebasan demi tebasan dilayangkan warga guna merobohkan pohon besar itu berada. Ane masih terduduk diam sambil memandang ke sekitar, benar-benar pohon yang ane pake buat bersandar ini sangatlah besar & kesannya super angker.

Toh ane juga serasa yakin ga bakalan bisa dilihat oleh mereka semua (beneran rasanya jadi yang tak kasat mata itu sepi banget), ane beranjak dari tempat tadi dan memandang sekitar. Sampai tatapan mata ane tertuju pada seseorang kakek tua yang sedang menggerutu sendiri di dekat rawa. Penampilannya sekilas hampir mirip seperti Langgeng. Ane samperin aja tuh kakek, siapa tau aja kan ane mudeng sama omongannya. Dan anepun duduk disamping kakek tadi, buat mastiin doi bisa ngeliat ane atau enggak, ane tepukin tangan ane di depan mukanya & ga ada respon menandakan doi tau ga ada ane dideketnya.

“Panggonan ireng dirusak ora kula nuwun” (tempat hitam / angker dirusak tanpa permisi) tutur si kakek tadi tiba-tiba. Memang sekilas pohon yang ada di depan ane ini kayanya emang bukan sembarang pohon, kalo ada yang tau pohon gede di sekitaran kampus UGM yang konon udah jadi urban legend disana, kira-kira seperti itulah bentuknya. Terkesan sangat angker dan dari setiap batangnya seperti ada sesuatu dengan energi besar yang ga bisa ane lihat disitu.

“Kene le tak kandani” (sini nak, saya beritahu) si kakek menoleh ke ane & seketika ane kaget. Kalo kakek tadi bisa liat ane, berarti kakek itu sepertinya juga bukan ... !!! Tapi ya sudahlah, seenggaknya bukan ane sendirian aja yang tak kasat mata disini.

“Nggih mbah, wonten nopo nggih?” (iya mbah, ada apa ya?) jawab ane dengan nada agak terbata-bata.

“Kui uwong-uwong lagi dideloki karo atusan munyuk ning uwit kui, opo koe weruh le?” (Itu orang-orang disana lagi diliatin sama ratusan monyet di pohon itu, apa kamu lihat nak?)

“Munyuk nopo nggih mbah? Kok kulo mboten mirsani” (Monyet apa ya mbah? Kok saya tidak melihat apa-apa disana)

“Waduh, kurang ngelmu koe le.. padahal kui rojone pasukan munyuk mau ono ning sebelahmu. Ora usah didelok timbang koe semaput. Awak e koyo buto gede ireng, motone abang, lagi nesu karo uwong-uwong kui sing ngusir omah e” (Aduh, kamu kurang berilmu.. padahal itu raja dari pasukan monyet tadi lagi ada di sebelahmu. Ga perlu kamu lihat ke samping daripada kamu pingsan. Badannya besar seperti raksasa hitam, bermata merah, lagi marah sama orang-orang tadi yang ngusir rumahnya)

Ane masih mencerna deskripsi si kakek tentang sosok yang ada di sebelah ane tadi. Apakah ini si Raja yang ada di bangunan tempat ane ceritain? Gumam ane dalam hati.

“KOE WES NGGUSAH AKU! ORA PERLU NGENTENI TEKAN KAPAN, AKU SAK KANCA-KANCAKU ORA BAKAL LUNGO SEKO KENE!" (Kalian sudah mengusir saya! Jangan pernah berharap sampai kapanpun, saya dan teman-teman saya tidak akan pergi dari sini!)

Satu teriakan keras terdengar dari sebelah ane terdengar dari sang “raja” yang membangkitkan refleks ane untuk langsung menoleh ke samping. Benar adanya, sosok yang sangat tinggi besar, berbulu lebat dengan mata merah, menatap ane dengan penuh amarah. Wajah yang sangat sulit untuk ane deskripsikan membuat ane pingsan seketika itu juga.

Seketika alam bawah sadar ane bereaksi dengan sangat cepat waktu ane ga sadarkan diri. Banyak sekali suara-suara yang mencoba masuk ke pikiran ane. Satu suara seperti memimpin suara dari jeritan-jeritan yang terdengar tadi.

“Dadio aku le, koe bakal ngerti sak kabehane” (Jadilah aku nak, dan kamu bakalan tau semuanya) bisik suara tadi sambil menangis

Dan untuk semuanya, mohon jangan terlalu jauh masuk ke dalam pesan / ilustrasi yang coba disampaikan sosok ini. Tidak perlu gempar dibicarakan, cukup dimengerti dalam hati saja. Mulai saat ini sampai part terakhir nanti, ane selaku TS tidak bisa menjamin apapun bagi pembaca yang kepo akut baik dari segi bangunan / sosok-sosok sensitif didalamnya. Karena pesan ini sudah digariskan untuk disampaikan dengan alur 13-13-13 sesuai amanah beliau
Perkenalkan nama saya Ibu Suminah, waktu membaca pesan ini saya yakin akan banyak sosok-sosok yang muncul dari sana di sekitar kalian semua. Tapi saya akan selalu ada disamping kalian semua, abaikan jika ada gangguan karena itu sudah pasti saya mencoba melindungi kalian dari yang jahat. Atas persetujuan Langgeng, perkuatlah iman kalian & akan saya ajak kalian semua melintasi ruang & waktu untuk melihat apa yang pernah terjadi dengan diri saya, salah satu anggota Keluarga Tak Kasat Mata.
[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)
Quote:Sesosok wanita membangunkan ane dari ketidaksadaran ane setelah teriakan kencang si raja pohon besar tadi. Dan sekali lagi ane bingung, hampir di tempat yang sama.. hanya berbeda situasi kali ini, tempat yang tadinya sepi perlahan sudah ditumbuhi peradaban manusia. Saking bingungnya ane sampai ga terlalu merhatiin siapa yang bangunin ane tadi. Sesosok wanita dengan aksen jawa kental memberikan senyum kecil dan menolong ane untuk bangun dari posisi ane sekarang. (Mohon maaf kalo bahasa krama Jawa ane agak kacau)

“Kula Suminah, monggo nderek kula dik.. kula ajak mlebet ndalem kula rumiyin. Kula kaliyan lare-lare saged mirsani panjenengan. Bapak mboten saged” (Saya Suminah, ayo ikut saya dik.. saya ajak masuk ke rumah saya dulu. Saya dan anak-anak saya bisa lihat kamu, Cuma bapak yang ga bisa) tutur Ibu Suminah ramah - dan sekali lagi ane sadar masih menjadi “tak kasat mata” di kehidupan ini.

Karena bahasa jawa krama alus ane ga bagus, ane jawab ke Ibu Suminah dengan bahasa campuran sekenanya, “Nggih bu.. menawi mboten merepotkan” (Baik bu.. kalo tidak merepotkan).

Diajaknya ane ke rumah ibu Suminah, sekilas tidak terlalu besar memang.. bahkan bisa dibilang tidak layak huni. Tapi di halaman depannya ane bisa liat 4 anak kecil lagi main bareng mainan tradisional jawa disana. Sekali ane melintasi mereka, mereka tersenyum.. bersorak.. dan kemudian melanjutkan permainannya lagi

“Niku lare-lare kula dik, menawi mboten sayah njenengan saged dolanan bareng hehe” (Itu anak-anak saya dik, semisal kamu ga capek kamu bisa main bareng mereka hehe).

“Mboten sah bu, kula kaliyan Bu Suminah mawon.. mangkih kula kesasar malah repot” (Tidak usah bu, saya sama Bu Suminah saja.. daripada saya kesasar nanti malah repot). Tau kan maksud “kesasar” disini?

Ane dipersilahkan duduk oleh Bu Suminah di ruangan tengah. Ane pandang sekelilingnya, untuk keluarga dengan jumlah 6 orang memang sepertinya tempat ini ga begitu memadai, jauh dari tempat saya tinggal sekarang. Ga bisa ane jelasin terlalu detail, intinya baik kondisi rumah atau interiornya bisa dibilang memprihatinkan. Dari kejauhan ane liat sosok Bapak sedang merenung meratapi nasib dengan pandangan kosongnya. Biarpun Bu Suminah sudah bilang kalo Bapak tidak bisa melihat ane, ane tetep gamau kepo dan jaga pandangan ane dari beliau.

“Panjenengan ting mriki rumiyin nggih dik, kula ajeng tindak rumiyin. Ditenggo mawon mboten sue” (Kamu disini sebentar ya dik, saya mau pergi sebentar. Ditunggu saja, ga bakalan lama).

Duh.. yang bener aja bu. Sungguh teganya dirimu meninggalkan diriku disini sendiri. Sebenernya sih ane gapapa, Cuma terkadang takut aja berhubung kondisi ane yang lagi trans dimensi ini misal ada apa-apa yang bisa bantu kan Cuma Bu Suminah. Dan dengan sangat terpaksa ane ngejawab, “Nggih bu..”

Bu Suminah kemudian pergi keluar rumah mengajak serta merta anaknya. Bukannya ga mau nurutin request Bu Suminah tadi, pikiran ane udah buruan parno duluan.. bakalan mantep nih kalo ditinggal sendirian disini. Kemudian dengan sedikit curian langkah kaki, ane ikutan ngeloyor dari rumah Bu Suminah – semacam Sweeper yang lagi ngikutin Dora sembunyi-sembunyi. Karena ane sendiri juga penasaran sebenernya dengan daerah sekeliling sini, secara udah trans dimensi masa ga jalan-jalan kan?

Tapi entah kenapa setiap kali ane melangkah, hati nurani ane selalu bilang kalo ini semua salah. Dari kejauhan ane lihat Bu Suminah dengan anak-anaknya datang dari satu rumah ke rumah yang lain. Dan selalu setiap rumah yang membuka selalu melontarkan makian kepada Bu Suminah dan anak-anaknya. Ada apa sebenarnya? Ane deketin lagi biar ane bisa nangkep semua inti dari kejadian itu. Dan yang ane denger waktu itu, rata-rata seperti Bu Suminah dan keluarga datang dari rumah ke rumah untuk meminjam uang demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka sementara waktu. Tapi tidak ada satupun tetangga yang berbaik hati untuk meminjamkannya. Jujur ane ga tega ngeliatnya, benar-benar salah keputusan ane untuk ngikutin Bu Suminah dan ane memutuskan untuk lari balik ke rumah Bu Suminah sambil menunggu mereka semuanya pulang.

Sesampainya di rumah Bu Suminah, ane Cuma duduk terdiam. Sekilas sambil ngeliat si Bapak yang daritadi Cuma memberikan pandangan kosong, ane sudah bisa nebak apa yang jadi beban pikiran Bapak waktu itu. Pengen rasanya untuk sekedar menyapa Bapak & membantu, tapi apadaya? Ane bukanlah makhluk yang nyata waktu itu.

“Dingapunten nggih dik, kula tindakipun dados sui. Monggo dik, niki wonten unjukan kangge adik” (Maaf ya dik, saya peginya jadi lama. Silahkan dik, ini ada sedikit makanan buat adik) ujar Bu Suminah sambil menyodorkan makanan kecil ke ane.

“Mboten sah Bu.. Kangge lare-lare mawon mboten nopo-nopo” (Tidak usah Bu.. Buat anak-anak ibu saja tidak apa-apa) saut ane meyakinkan. Dan seketika tampang lesu dari anak-anak berubah sumringah sambil berebut dan berbagi makanan tadi. Pemandangan yang benar-benar mengharukan di depan mata ane saat ini.

‘Mboten sah nangis dik.. nggih ngenten niki keadaanipun, adik pinarak mawon ting griya kula sakderengipun kondur. Mangkih adik bakal ketemu kaliyan Langgeng & tiyang-tiyang anyar ting mriki. Menawi diijinkan, Bapak mangkih bakal pirsani njenengan” (Tidak usah menangis dik.. ya seperti ini keadaannya, adik tinggal saja di rumah saya sebelum pulang. Nanti adik bakal ketemu sama Langgeng & orang-orang baru disini. Semisal diijinkan, nanti Bapak bakal bisa melihat kamu juga” seketika ane usap mata ane, dan berpikir dalam hati ...

Sekali lagi ane harus terjebak di dalam memori masa lalu, akankah berakhir kelam atau menyenangkan bagi ane nantinya nanti. Sejuta penasaran akan siapa orang-orang baru yang bakal bertemu dan berinteraksi langsung dengan ane, akankah mereka semua membantu dalam penyingkapan tabir ini? Doakan saja ane selalu sehat selama menerima pesan kisah dari masa lalu ini.



Part 12 – Linier Antar Masa

Ane masih inget bener waktu ane menceritakan cerita ini dari awal hingga akhir, flow teror mental yang ane alamin sangat-sangat membuat ane gila. Kehidupan, pekerjaan, bahkan jam tidur mendadak menjadi berantakan - dan puncaknya ane mendapat gangguan yang sempat membuat ane trauma (seperti yang udah ane ceritakan di part 9). Sempat berfikir untuk mengakhiri kisah ini dengan sejuta pertanyaan di benak ane yang belum bisa ane pecahin sendiri. Pertanyaan tentang sejarah adalah bagian yang tidak pernah mau ane tau lebih dalem, buat apa ngerti kaya gitu juga. Ane juga ga bakalan kepo-kepo banget, toh ane udah hidup di jaman modern sekarang ... buat apa juga kan ngungkit-ngungkit kejadian yang ane sendiri tidak pernah tau kebenarannya?

Tapi semakin ane ga mau bercerita, pikiran ane malah semakin kacau menjadi-jadi. Ane sempet nangis waktu itu, karena pikiran ane selalu dipaksa untuk masuk ke sebuah kejadian dimana ane bisa melihat dengan sangat jelas apa saja yang pernah terjadi di tempat itu.

“Baik.. Kalo memang maksud dari semua ini baik, kenapa tidak? Saya tidak keberatan, tapi tolong bantu saya agar saya bisa menerima ini semua dalam tahapan wajar saya sebagai manusia biasa” entah ane ngomong sama siapa waktu itu, tapi yang jelas ane ngomong gitu sendiri – Ente beranggapan ane gila it’s okay, karena memang ini semua ane ga pernah minta dan semua sudah diluar nalar.

Dan tidak lama setelah ane menjadi gila karena sering ngomong sendiri. Ane sempet curhat tentang masalah ini ke Mba Indigo, dan dia membenarkan semua pengakuan “hal-hal diluar nalar” yang terjadi baru-baru ini.

Beliau bertutur kepada ane, “Ya kemarin mba juga di datengin sama mereka. Mereka Cuma mau kenalan aja kok. Sudah intinya memang sudah digariskan. Kamu jalani saja semampu kamu, ikuti kata hati kamu. Pesen mba, jangan pernah ceritakan tentang beberapa sosok yang memang sensitif. Nanti kamu diikutin lagi malah repot.”

Seketika mendengar perkataan Mba Indigo, antara takut & percaya diri bercampur menjadi satu. Karena waktu itu ane Cuma percaya sama perkataan beliau perihal gaib, selaku beliau memang diberikan bakat istimewa untuk melihat & berinteraksi dengan mereka. Dan ane putuskan untuk maju terus, karena dalam hati ane sangat yakin semua ini pasti akan ada hikmah & amanahnya untuk kita semua.
...
Entah dengan dorongan apa ketika ane merasa stuck dengan pembahasan sejarah, ane dipertemukan dengan kedua orang yang jauh-jauh hari sudah melakukan investigasi terhadap cerita ini, Om Hao & Mbah Kaje. Kedua orang yang tanpa sengaja juga didorong untuk menceritakan alkisah masa lampau dari bangunan tersebut (tanya orangnya sendiri kalo penasaran hehe). Tentunya semua sudah diatur oleh kedua sosok yang memang ingin pesan ini untuk segera disampaikan, Langgeng & Bu Suminah (yang dimana setting & inti pertemuan kami sudah diceritakan di part 11).

Om Hao & Mbah Kaje sudah berkata kepada saya, sebenarnya ane gabakalan menemui banyak kesulitan untuk menyelesaikan sisa cerita karena entah bagaimana tingkat sensitivitas akan hal berbau gaib ane waktu itu jadi sedikit agak peka. Karena dari awal sudah ada satu sosok yang selalu menemani ane selama menulis cerita. Tapi ane juga gamau takabur sebagai manusia biasa yang tidak begitu percaya akan hal-hal seperti itu, dan lagi ane pun masih takut dengan paksaan pemikiran yang selalu dipaksa masuk kesana. Alhasil ane selalu butuh bantuan dari 13-13 yang lain, terutama Om Hao. Bagaimanapun juga ia adalah media penyelaras pesan antar 2 dunia yang mana nantinya pesan akan tersampaikan & tidak ada kesalahpahaman. Sementara itu juga ane butuh bantuan Mbah Kaje untuk selalu mengontrol kejadian-kejadian (di area Jogja terutama) yang terjadi setelah cerita ini santer beredar.

Dan untuk itulah 3 orang ini ditunjuk. 3 orang dengan tanggal lahir yang kebetulan bisa sama, tanggal 13 ... berkumpul menjadi satu untuk pesan amanah didalam sebuah cerita. Dengan pembagian tugas masing-masing yang mungkin sudah ane ceritain di part sebelumnya. Kami memutuskan untuk segera menyelesaikan titipan pesan tersebut hari ini juga. Ini adalah pesan yang ingin disampaikan oleh mereka, dengan bantuan dari kami 13-13-13.


Sekali lagi ane harus terjebak di dalam memori masa lalu, akankah berakhir kelam atau menyenangkan bagi ane nantinya nanti. Sejuta penasaran akan siapa orang-orang baru yang bakal bertemu dan berinteraksi langsung dengan ane, akankah mereka semua membantu dalam penyingkapan tabir ini?

Part 12 - Linier Antar Masa

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)


Sebuah pertanyaan besar yang membekas waktu pertama kali ane masuk kedalam penggambaran suasana waktu itu. Banyak pertanyaan timbul yang memaksa ane untuk mau tidak mau kembali menelusuri jejak sejarah. Setiap kali menjelang tengah malam, ane selalu merasakan lemas seperti semua beban ada di pundak ane, kaki juga mulai panas dengan sendirinya. Disitulah ane tau kalo sosok Ibu Suminah akan membawa pikiran saya ke kejadian itu lagi. Jadi ijinkan ane sekarang untuk menulis apa yang ane lihat waktu itu, dan apa yang Ibu Suminah ingin sampaikan selanjutnya.
...
Masih terduduk di ruang tamu keluarga Ibu Suminah, dengan sedikit tatapan kasihan kepada anak-anak Ibu Suminah yang sedang berbagi makanan. Perasaan haru ane sepertinya langsung bisa dibaca oleh Ibu Suminah. Kemudian beliau bercerita kepada ane bahwa dulunya kondisi keluarganya tidak seperti ini. Mereka sebenarnya adalah keluarga yang berkecukupan awalnya, tetapi yang namanya roda kehidupan pasti ada suatu posisi dimana kehidupan ada dibawah. Yang membuat keluarga Ibu Suminah jatuh bangkrut, sehingga mereka terpaksa meminjam ke orang-orang untuk menyambung hidup mereka. Kondisi seperti ini lah yang membuat Bapak berdiam diri di kamarnya, mungkin karena tidak kuat menanggung malu dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga yang gagal menghidupi keluarga. Berikutnya percakapan yang terjadi saya menggunakan bahasa Indonesia saja, daripada gagal paham memakai bahasa Jawa.

“Dik, kamu tetap disini dulu saja ya.. Besok saya dengan Bapak mau pergi, mungkin agak lama.” Tutur Ibu Suminah kepada saya.

“Saya ditinggal sendiri disini apa tidak apa-apa bu? Saya kan disini Cuma ngikut sama Ibu, nanti kalau ada apa-apa bagaimana bu?” tanya ane sedikit khawatir karena sekali lagi ane bisa masuk ke pemikiran ane sekarang ini semua karena ijin Ibu Suminah.

“Tidak apa-apa dik, tenang saja. Nanti adik & anak-anak saya titipkan ke Mbok Rah. Tidak usah khawatir beliau akan menjaga adik selama saya & Bapak pergi” jawab Ibu Suminah kepada saya.

“Apa saya tidak bisa pulang saja bu? Saya takut” saut ane dengan perasaan yang serba gemetaran.

“Tidak perlu takut dik, nanti kalau kamu pulang sekarang kamu tidak akan tahu apa yang terjadi disini. Ceritamu tidak akan selesai, sudah disini dulu sebentar lagi. Saya jamin adik akan aman bersama Mbok Rah. Beliau juga bisa melihat adik, jadi insyaallah akan ada sedikit cerita dari beliau.” jawab Ibu Suminah meyakinkan ane.

Ok fine lah kalau begitu, toh ane disini juga untuk menuntaskan apa yang sudah ane mulai. Jadi mau tidak mau, takut tidak takut, ane harus stay lebih lama di memori ini. Sampai pada akhirnya Ibu Suminah dan Bapak berpamitan pergi kepada kami semuanya untuk berpergian ke pulau seberang. Tentunya sebelum pergi beliau memperkenalkan saya kepada Mbok Rah. Kesan pertama ane bertemu dengan Mbok Rah, beliau adalah sosok wanita lanjut usia yang sangat baik. Bisa dibilang “grapyak” (gampang bergaul) dengan saya bahkan ane pribadi kagum dengan kebijaksanaan beliau. Dengan kondisi keluarga Ibu Suminah yang seperti sekarang ini, ternyata masih ada orang yang berbaik hati mau membantu tanpa mengharap imbalan materi apapun.

Terlihat Ibu Suminah seperti membisikkan sesuatu kepada Mbok Rah sebelum mereka semua berpamitan pergi. Sesekali beliau menganggukkan kepala kepada ane seperti mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Lalu ane kembali masuk bersama anak-anak Ibu Suminah, kasian juga pikir ane waktu itu melihat keadaan yang apa adanya ... anak-anak kecil ini tidak tahu akan makan apa mereka hari ini, atau bahkan di kemudian hari. Terkadang ane juga sempat ada pikiran benci kepada Ibu Suminah & Bapak yang tega meninggalkan keluarganya di kondisi seperti itu. Tapi apadaya ane disini hanya untuk melihat bukan untuk menjudge dan mengambil tindakan sendiri.

“Dik, apa kamu sudah makan? Mbok mau masak sekalian buat anak-anak, jika adik mau bisa bantu saya masak di pawon (dapur tempo dulu dengan kitchen set tradisional)”.

“Saya tidak begitu lapar bu, tapi tidak apa-apalah bu sekalian belajar memasak hehe” jawab ane ke Mbok Rah, setidaknya di kondisi ini ane bisa sedikit membantu.

Jadilah ane & Mbok Rah memulai memasak untuk anak-anak Ibu Suminah. Memang bukan menu makanan yang cukup, tapi seenggaknya perut mereka terisi untuk hari ini – beban pikiran berkurang. Sambil sesekali Mbok Rah menyuruh ane buat nyicipin makanan tadi, sebenarnya ane ga terlalu suka makanan berbahan ubi tapi untuk melegakan perasaan Mbok Rah ane coba makanan tadi. Dan ternyata rasanya tidak seburuk yang ane kira.

“Wah Mbok Rah pintar memasak juga ya, makanan buatan Mbok Rah enak pasti anak-anak akan langsung makan sampai habis. Ayo lah Mbok kita bawa ke anak-anak sekarang” tutur ane kepada Mbok Rah.

Dan Mbok Rah pun langsung berkemas dengan segala peralatan memasaknya dan bergabung dengan ane, berkumpul dengan anak-anak untuk menyantap hidangan yang sudah dipersiapkan oleh Mbok Rah. Anak-anak sangat senang sekali menyantap hidangan tersebut dengan lahap, ane dengan Mbok Rah hanya tersenyum dengan penuh haru.

“Dik, maaf ya waktu itu saya tidak ada maksud untuk menakuti adik dan teman-teman” tutur Mbok Rah sambil masih menatap anak-anak.

“Menakut-nakuti bagaimana ya Mbok? Dan kapan? Kok ada teman-teman saya juga?” tanya ane heran.

“Dulu saya pernah beberapa kali datang ke tempat adik. Sudah menjadi kebiasaan saya setelah saya sholat saya biasanya memang sering membantu memasak untuk keluarga ini. Tidak sengaja saya menampakkan diri saya waktu itu, tapi saya tidak ada maksud menakuti. Saya hanya ingin memperingatkan saja, tapi mungkin karena sesuatu yang disebelah ruangan adik waktu itu sangat mengerikan ... Saya mencoba untuk mengucapkan Astaghfirullah & berharap sosok tersebut segera hilang dan tidak mengganggu kalian.” Tutur Mbok Rah kepada saya.

Ane Cuma melongo mendengar penjelasan Mbok Rah, jadi secara tidak langsung sekarang ini ane sedang ngobrol sama sosok “Religious Grandma”. BISA SAMPAI SEGITUNYA! KENAPA SEMUA BISA NYAMBUNG SEPERTI INI? Ane semakin buyar setelah mengetahui banyak kejadian yang pernah terjadi beberapa tahun lalu & tersimpulkan menjadi sebuah jawaban beberapa hari yang lalu. Tapi satu yang selalu ane pegang teguh dari awal bahwa semua penghuni disana tidaklah jahat, bahkan ada yang rela membantu & menyampaikan pesan kepada saya – seperti Mbok Rah & Ibu Suminah yang telah berada di samping kita semua semenjak cerita ini beredar. Apakah pembaca ada yang merasakan kehadiran mereka selain ane?

“Ini baru saya saja ya Dik, dan masih banyak lagi mungkin yang akan membuat pengakuan serupa di memori ini. Jangan kaget, kita semua disini tidak akan mencelakai adik. Toh niat adik hanya menceritakan lagi kejadian ini, kami semua sudah sepakat akan hal ini.”
...
Beberapa hari setelah ditinggal pergi oleh Ibu Suminah & Bapak, saya hanya menjalani hari-hari bersama Mbok Rah & anak-anak. Ibarat kata saya sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh mereka. Tidak seperti sebelumnya, entah kenapa semenjak Ibu & Bapak pergi selalu saja ada orang yang ikut membantu sekedar memberikan bantuan sembako, dll. Intinya semuanya datang dengan sangat mudah, ya tentu saja kami semua disitu senang & bersyukur dibantu oleh banyak orang baik.

Tidak lama setelah itu Ibu Suminah & Bapak kembali, sungguh berbeda pandangan yang diberikan Bapak saat itu. Aura senang & ceria memancar dari wajahnya, tapi tatapan serupa tidak tampak dari raut muka Ibu Suminah. Jujur ane ga peduli sama Bapak karena dari awal yang ngeruwat ane di alam ini adalah Ibu Suminah. Sempat saya dekati Ibu Suminah waktu itu dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Bu Suminah hanya menggelengkan kepala sambil sedikit meneteskan air matanya.

‘Ibu kenapa bu? Pulang-pulang kok malah sedih? Apa Ibu ga kangen sama anak-anak & Mbok Rah?" tanya ane penasaran.

Masih tidak mau menjawab, Ibu Suminah memanggil anak-anaknya dan mengelus kepala mereka satu persatu. Sekali dia menatap Mbok Rah, dan menggelengkan kepalanya. Dan seketika Mbok Rah langsung berpamitan pergi – Apa yang sebenarnya terjadi?
...
Ya mungkin beberapa pembaca sudah mendengar desas-desus tentang sosok beliau. Bahkan sempat terjadi perdebatan antara ane, Om Hao, dengan Mbah Kaje tentang beliau. Mbah Kaje beranggapan kalo sosok Langgeng itu jahat, ane sendiri beranggapan kalo sosok Langgeng itu sebenarnya baik, sedangkan Om Hao memilih untuk netral. Om Hao berasumsi bahwa Langgeng itu ibarat pisau, baik atau buruk itu tergantung kita yang menggunakan. Itu adalah inti perdebatan 13-13-13 saat kita semua berjumpa di Jogjakarta beberapa hari yang lalu.

Banyak cerita terucap di saat pertemuan rahasia antara 13-13-13 dengan Langgeng. Langgeng banyak bercerita tentang kehidupannya ribuan tahun yang lalu. Dimana dia memperoleh kesaktian melalui jalan mokhsa, dan kemudian diambil alih oleh seseorang yang mungkin lebih tinggi ilmunya sehingga beliau tersesat di jalan yang salah & berujung seperti sekarang ini. Dengan segala kesaktiannya, Langgeng bisa mentransformasikan intan & permata dari dunia gaib ke dunia nyata. Oleh sebab itulah banyak manusia yang takabur & memanfaatkan kesaktian beliau untuk tujuan serakah yang membutakan akan segala resiko dibalik perjanjian tersebut.

Langgeng pun juga bercerita, ia telah hidup ribuan tahun lamanya dan banyak manusia yang menyalahgunakan kekuatannya. Langgeng mempunyai banyak nama, dan beragam wujud karena apapun yang telah “dinikmatinya” akan berimbas kepada wujud fisik dirinya. 13-13-13 sepakat untuk tidak bercerita lebih jauh tentang sosok Langgeng diluar konteks cerita ini. Karena pembahasan tersebut akan lebih condong kedalam Mitologi Tanah Jawa yang dimana sudah sangat OOT dari inti cerita ini.

Lalu Apakah Langgeng nyaman dengan kondisi tersebut? Tentunya tidak, bahkan ia mengaku dengan sangat terpaksa menikmati perjanjian antara manusia dengan dirinya. Terkadang ia menangis sendiri saat menikmati hasil dari perjanjian tersebut. Sama halnya saat nama Langgeng diberikan kepadanya waktu menjadi pelayan untuk Keluarga Ibu Suminah.
...
Kehidupan keluarga Ibu Suminah mendadak bisa berubah drastis seketika kepulangan dari perantauan mereka. Mereka bahkan tidak membawa sesuatu yang berarti saat kepulangan mereka, hanya sebuah cermin yang tidak begitu besar yang dibawa Bapak & kemudian dipasangkan di sebuah ruangan. Dan kerjaan Bapak hanya bolak-balik ke ruangan tersebut, sumpah gelagat Bapak jadi aneh banget waktu itu.

Ibu Suminah hanya tertunduk sedih seperti orang yang sedang tertekan, dengan langkah mantap ane beraniin diri buat mendekat ke beliau dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi bu? Mohon maaf, biarpun sebelumnya kondisi memang sulit tapi saya baru sekali ini melihat Ibu duduk termenung seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat.”

“Tidak apa-apa dik, adik tidak perlu khawatir. Yang akan menanggung semua perlakuan Bapak hanya saya dengan anak-anak saja” jawab Ibu Suminah dengan kepala yang masih tertunduk lesu.

Tapi benar saja kondisi keluarga ini berubah dengan sangat drastis, terutama dari segi finansial. Kemudian mereka membangun rumah baru yang bisa dibilang sangat mewah waktu itu dengan satu ruangan khusus hanya untuk sebuah cermin! Struktur organisasi keluarga ini pun berubah, Mbok Rah yang sebelumnya sering membantu serabutan kini hanya khusus menjaga anak-anak saja. Dan mereka juga memperkerjakan sanak keluarga sendiri, Mbah Juminah sebagai juru masak, dan Mbah Pawiro sebagai juru kebun (yang mana mereka pernah menampakkan diri di cerita Nadine & Rico – part 10). Tidak cukup dengan itu, bahkan mereka seperti memberikan sebuah sindiran kepada tetangga yang pernah memaki keluarga mereka dengan memberikan pinjaman tanpa harus dikembalikan. Berubah drastis sekali bukan?

Tapi dengan keadaan seperti ini sekarang sepertinya hanya Bapak yang menikmati perubahan yang terjadi. Anak-anak juga menikmatinya karena mereka sudah tidak perlu menahan lapar dan hidup serba kekurangan di masa kecilnya, tapi mereka tidak tahu apa-apa dengan apa konsekuensi dibalik semua ini. Hanya Ibu Suminah yang selalu bersedih sambil sesekali ditemani oleh Mbok Rah. Jujur ane ga tahan liat kondisi Ibu Suminah waktu itu, dan ane memutuskan untuk ngepo ruangan baru yang hanya berisikan cermin. Ane berani-berani aja toh Bapak ga bisa liat ane, dan apapun yang terjadi di memori itu tidak akan berdampak kepada ane.

Ane buka pelan-pelan itu pintu, dan dengan sangat jelas ane lihat sosok Langgeng sedang duduk bertapa sambil menangis. Terkadang wujud aslinya memaksa untuk berubah, sambil menangis beliau mencoba untuk tetap bertahan di wujud aslinya. Dengan tatapan tajamnya ia memandang ane dan mengisyaratkan untuk segera pergi & cukup melihat saja apa yang akan terjadi setelah ini.

Part 13 – Alkisah Kemudian Hari (TAMAT)

Entah perjanjian apa yang dibuat antara Langgeng dengan Bapak sehingga Ibu Suminah merasa sangat tertekan dengan segala kekayaan yang ia terima sekarang. Mungkin karena gelap mata atau semacamnya membuat Bapak lupa akan perjanjian yang sudah disepakati antara beliau dengan Langgeng (tentang detailnya ane kurang tau karena yang bersangkutan tidak mau diungkap terlalu banyak masalah ini). Dan dari sinilah efek dari kekayaan instan terjadi.

Part 13 - Alkisah Kemudian Hari

[TAMAT] DIARY MISTERI - KELUARGA TAK KASAT MATA (REAL HORROR BASED ON TRUE STORY)


Seperti merasa dikhianati perjanjiannya, sosok Langgeng yang sempat ane kira baik itu murka menjadi-jadi. Beliau seperti menuntut apa yang sudah dijanjikan Bapak waktu membuat perjanjian dengan dia. Ane gabisa jelasin panjang lebar disini ... yang jelas waktu Bapak mulai mengabaikan perjanjian dengan Langgeng, satu persatu anggota keluarganya meninggal satu persatu (dari anak-anaknya terlebih dahulu). Ane pribadi juga melihat sendiri bagaimana mereka meninggal saat itu, tapi untuk menghormati mereka ane akan tutup mulut soal kasus tersebut.

Yang jelas mereka adalah korban Langgeng atas perjanjian yang sudah dibuat. Menurut penuturan dari Om Hao selaku orang yang bisa melihat melalui mata batin, semua korban Langgeng dimakan sukmanya. Sehingga jasad yang ditinggalkan di dunia nyata ini tidak sepenuhnya jazad nyata, dalam konteks ini digambarkan sebagai pelepah pisang. Pernah suatu waktu satu anggota keluarga mencoba membuktikan kebenarannya saat sedang memandikan jenazah. Konon jika memang korban pesugihan, kala dipotong salah satu anggota tubuhnya jasad tersebut akan berubah menjadi pelepah pisang dan memang benar adanya. Tapi untuk menghargai para pelayat waktu itu, jenazah tersebut tetap dibungkus kain kafan selayaknya manusia untuk menyimpan curiga.

Dalam segala konsekuensi & kenyataan yang sudah terjadi, tangisan Ibu Suminah semakin menjadi-jadi. Waktu itu tinggal bersisa satu anak Ibu Suminah, beliau, dengan Bapak. Bapak sendiri sekarang kembali berubah menjadi Bapak yang pendiam dan hobi merenung. Mungkin dia sudah terpikirkan akan ajal yang menjemputnya setelah ini. Dan tentunya selama kejadian ini berlangsung sosok Mbok Rah selalu ada bersama keluarga tersebut karena beliau adalah orang kepercayaan & secara tidak langsung beliau juga mengetahui apa yang terjadi dengan keluarga ini.

Mungkin saking paniknya waktu itu, sosok ane yang juga ikut melihat disana sudah terabaikan oleh mereka. Memang sesekali Ibu Suminah & Mbok Rah sering melihat ke ane tanpa ada banyak perkataan. Mungkin mereka sudah mempersilahkan ane untuk melihat sepenuhnya apa yang pernah terjadi dengan mereka. Sebagai seorang Ibu tentunya beliau ingin agar anak mereka satu-satunya tidak serta merta menjadi korban selanjutnya atas kekhilafan yang dilakukan oleh ayah mereka sendiri. Dengan inisiatif sendiri & bantuan Mbok Rah, Ibu Suminah pergi ke ruangan cermin tadi dan memecah cermin itu sehingga menjadi pecahan berkeping-keping. Ibu Suminah tahu bahwa Langgeng bisa muncul ke dunia manusia melalui objek yang bisa memantulkan bayangan, sehingga ia mengambil inisiatif untuk memecah kaca tersebut agar Langgeng tidak muncul kembali di kehidupan mereka.

Tapi keputusan yang diambil Ibu Suminah tempo hari sepertinya tidak bertahan lama. Mungkin karena sudah merasa lega dengan cermin yang sudah dihancurkan, membuat mawas diri mereka berkurang. Mereka kembali mendapati Langgeng muncul ke sekitar mereka melalui kolam yang ada di dalam rumah mereka (kolam bersifat memantulkan bayangan seperti bercermin). Waktu itu wujud Langgeng sudah mirip dengan yang ane deskripsikan sebagai si Bos. Ia kembali masuk ke ruangan cermin tadi dengan tatapan penuh dendam kepada keluarga Ibu Suminah. Dalam posisi ini Langgeng sudah kalang kabut, dari sosok yang sederhana dan berubah menjadi sangat kuat dan disegani oleh astral-astral lainnya (penghuni pohon gayam) sehingga ia diposisikan sebagai yang teratas di tempat ini.

Seluruh keluarga seperti kembali ke terror yang akan menuntun mereka ke ajal yang paling dekat. Mbok Rah yang juga selalu ada disamping keluarga itu juga sudah seperti tidak bisa banyak membantu. Beliau memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya (berhenti bekerja). Bapak sudah seperti orang pasrah karena beliau sudah tahu apapun yang akan dilakukannya akan berakhir kepada Langgeng. Tapi tidak dengan Ibu Suminah, beliau tetap dengan kekeuh mencoba menyelamatkan anak semata wayangnya. Konsekuensi adalah harga mati yang harus dibayar mahal. Ibarat kata yang tidak berdosa ikut menanggung beban dari perjanjian ini, Ibu Suminah dan anak terakhirnya mencoba melarikan diri tapi naas bagi mereka semua. Ibunda dan buah hati yang saling menjaga ini terjatuh di kolam tempat Langgeng muncul & tewas dengan cara yang tidak bisa dijelaskan.

Dan ya tanpa menampakkan diripun Langgeng bisa menagih janjinya yang telah sekian lama tertunda akibat lalu lintas masuk dia dihalangi (kaca cermin) dan mencabut sosok yang selalu melindungi ane di memori ini, Ibu Suminah. Benar-benar tidak tega dengan pemandangan tersebut, ane samperin Bapak dengan maksud memaki karena semua ini terjadi karena ulah dia! Dan di dalam ruangan Bapak mengintip keluar jendela melihat semua sanak familinya telah meninggalkan dia hanya karena gelimangan harta sementara yang membutakan akal sehatnya. Penyesalan apapun tidak akan mengembalikan apa yang sudah hilang, tinggal tersisa ane, Bapak, dan Langgeng. Disitulah sosok Langgeng muncul dihadapan kami, benar-benar berbeda dengan sosok yang ane liat waktu perjumpaan kali itu. Langgeng sudah seperti makhluk yang sejadi-jadinya mengerikan (ane ga bisa deskripsiin, karena ane udah dilarang buat menjelaskannya secara detail).

Terjadi perdebatan hebat antara Bapak dengan Langgeng. Penyesalan si Bapak sudah seperti angin lalu di hadapan Langgeng. Janji adalah janji yang harus ditepati, dan sesaat sebelum ajal menjemput Bapak ... Bapak dan Langgeng menoleh ke ane dan Bapak berkata ‘Tolong sampaikan semua ini kepada yang masih hidup, jangan sampai apa kesalahan yang sudah saya perbuat sekarang terulang lagi ke generasi selanjutnya. Cukup keluarga kami saja yang mengalami semua ini. Tidak ada kekayaan yang bisa didapat secara instan, semua butuh kerja keras. Dan bersekutu dengan jin adalah pilihan yang salah besar, bisa dilihat dari apa yang tersisa dari keluarga kami sekarang? Bahkan raga pun kami tidak memilikinya. Tolong sampikan” tutur si Bapak sambil mengisak tangisan. Entah bagaimana ceritanya Bapak bisa melihat ane, tapi yang jelas mungkin itulah inti dari semua pesan yang ingin disampaikan sosok keluarga ini – Keluarga Tak Kasat Mata yang ternyata mempunyai sejarah yang amat sangat kelam yang tidak pernah ane sangka sebelumnya semuanya bisa terungkap dengan sangat jelas.

Langgeng pun tanpa panjang lebar merebut sukma si pembuat perjanjian, dan menuju ke arah ane. Mampus habis ini kayanya giliran ane nih yang disantap, pikir ane waktu itu. Tapi dengan wujud yang seperti itu Langgeng masih seperti Langgeng yang ane jumpai bareng 13-13-13, beliau tetap berbicara dengan pembawaan yang penuh wibawa kepada ane. Intinya apa yang sudah diijinkan oleh beliau untuk dilihat tolong segera disampaikan apa adanya. Janji beliau kepada ane, beliau dengan sekutu-sekutunya akan menghargai setiap manusia yang tinggal apabila manusia juga menghargainya. Tidak tampak seperti sebuah negosiasi karena ane ga berani nawar sama sosok raksasa di depan, intinya I got it! Beliau menjadi seperti itupun juga sebenarnya karena kemampuannya disalahgunakan oleh manusia.

Buat yang nanya dimana Mbok Rah, Mbah Juminah, dan Mbah Prawiro setelah kejadian itu ... mereka menghabiskan masa tuanya dan memilih untuk bungkam sampai pesan kisah ini diungkap hari ini.

Untuk penghuni lain yang mungkin tidak ane ceritakan karena sudah diluar pembahasan inti cerita ini, bisa disimak di hasil investigasi Mbah Kaje & Om Hao - Happy Googling!
...
Dimanapun kita tinggal atau menempati sebuah tempat pasti ada satu unggah-ungguh (norma aturan) yang tentunya tanpa perlu dibicarakan, kebanyakan orang pasti sudah tahu. Tidak peduli di mantan kantor ane dulu, di tempat agan-agan sekarang ini, atau bahkan di tempat keramaian sekalipun. Sebelum kita tinggal di tempat kita berada sekarang, pasti adalah “sesuatu” yang tinggal lebih lama daripada kita. Dan disitulah berjuta pertanyaan muncul dari pembaca cerita ini, tentang apakah semua gangguan di mantan kantor ane itu tergolong normal? Dan apakah sejauh itu kita merasakan fine-fine saja?

Karena makin kesini banyak dari kami merasa sudah cukup dengan semua gangguan dari keluarga tak kasat mata. Sedikit flashback dari part awal hingga part akhir, ente semua bisa mengingat berbagai gangguan yang pernah kita alami. Tidak peduli pagi – siang – malam, gangguan selalu datang silih berganti ... mulai dari yang tampak atau tidak tampak. Tapi dengan kekompakan anak-anak semua yang selalu fight bareng-bareng ketika “mereka” muncul, perasaan takut atau bahkan terganggu sedikit terkesampingkan. Toh kami tahu, selama kami disana mereka hanya ingin menunjukkan eksistensinya saja. Tidak pernah sedikitpun mereka menakuti & mengacaukan pekerjaan kami, so that’s fine!

Tapi semenjak kejadian waktu event Nadine & Rico (yang kebetulan ane skip karena sosok tsb sangat sensitif terhadap ane) dimana mereka mulai menampakkan diri mereka kepada orang lain diluar kami membuat kami sedikit berpikir. Sudahlah kalo memang kalian mau mengganggu, ganggulah kami saja ... tidak perlu orang lain ngerasain experience yang sama juga. Sumpah, waktu itu kami semua sempet berpikiran seperti itu – mengorbankan diri sendiri demi orang lain hehe.

Tapi apadaya kami yang hanyalah manusia biasa ini, mau sok-sokan bernegosiasi mengusir penghuni yang sudah lama disana? Kami bukanlah paranormal, apalagi manusia yang diberi bakat lebih. Tindakan yang konyol dan tidak sopan menurut kami semua, karena ibarat kata kita adalah tamu di tempat itu. Padatnya aktivitas produksi saat pertama kali kita berpindah ke tempat itu mungkin membuat kita lupa akan norma aturan mendasar tadi. Satu kata “PERMISI” yang sempat terlewat dari kita sejak kedatangan kami semua, membuat kami sadar mungkin semua ini terjadi karena kami tidak kulanuwun (permisi) terlebih dahulu.

Dan benar adanya setelah hampir 2 tahun kami tinggal tanpa sebuah permisi, kami berinisiatif untuk melakukan syukuran untuk yang pertama kali. Dan setelahnya gangguan-gangguan mulai berkurang sedikit demi sedikit (walau tidak berarti hilang sepenuhnya). Jujur sebenernya selama kami tinggal di bangunan itu tidak pernah sedikitpun kami mengibarkan bendera putih hanya karena gangguan tersebut. Atau bahkan pengusiran dll nya ... untuk apa? Toh dimanapun kita berada kita selalu hidup berdampingan dengan mereka. Selama kita menghargai mereka, kita pun juga akan dihargai (walopun masih ada beberapa yang usil ngisengin) tapi setidaknya kami sudah terbiasa dan sudah sedikit berkurang kemunculan eksistensi mereka. Toh kesalahan awal ada di pihak manusia, dimana kami melupakan sebuah kata permisi sebelum meninggali bangunan tersebut. Kedepannya jangan anggap remeh kata permisi ya gan hehehe.
...
Sebuah rumah yang kokoh berdiri hingga sekarang, terlepas dari semua cerita horor yang ane ceritakan. Selalu mempunyai kenangan tersendiri buat ane & teman-teman ane. Bagi sebagian orang ini adalah teror, tapi bagi kami ini semua adalah nostalgia. Memang seram, memang menakutkan, tapi selalu ada hikmah kebersamaan yang bisa kita ambil. Sadar atau tidak sadar yang tak kasat mata juga telah menambah pesan tersendiri di kisah hidup ane & temen-temen waktu itu. Tanpa mereka kita tidak akan jadi pemberani, tanpa mereka kita tidak akan ingat akan pentingnya beribadah, kita ambil sisi positifnya saja. Bahkan sebelum meninggalkan bangunan ini beberapa dari temen ane sempet nangis ngerasa kangen akan semua nostalgia di tempat ini. Hey Ghost, You Rock! Hehehe makasih sudah pernah menghebokan suasana malam di kantor kami waktu itu, jangan ngajak main penghuni selanjutnya ya nanti dimarain kalian sama Langgeng.

In result, tidak semua makhluk halus punya niat jahat, ane percaya itu. Toh kita semua diciptakan oleh Tuhan hidup berdampingan dengan mereka. Dengan pengalaman yang ane alamin belakangan ini, ane jadi semakin yakin bahkan diantara dua dunia kita masih bisa bantu membantu untuk sebuah pesan yang positif. Benar-benar pengalaman yang luar biasa tentang menulis cerita ini, semua yang diluar nalar logika seketika bisa terjadi di keseluruhan part baik disengaja atau tidak disengaja. Dari yang awalnya ane hanya menceritakan pengalaman ane selama ada disana, sampai pada akhirnya Keluarga Tak Kasat Mata ikut ambil bagian dalam penyampaian pesan di 3 part akhir cerita. Terima kasih Ibu Suminah, Mbok Rah, Langgeng, yang sudah mengijinkan ane untuk menulis pesan-pesan kalian dengan bantuan 13-13-13! (ane masih bisa merasakan kehadiran mereka disamping ane waktu ane akan post part ini). Yang penting ane sekarang bisa merasakan lega selega-leganya karena dibalik cerita horor ini ane masih diberi kesempatan untuk menyampaikan amanah baik.

- TAMAT -


Link Sumber : http://m.kaskus.co.id/post/56edb03f98e31ba31b8b4569#post56edb03f98e31ba31b8b4569